"Yok ah, lanjut ke rumah Citra."
Sambil melangkah Devan merasa malu dan kecewa terhadap Sita namun, Sita bersikap biasa saja, dia mengajak Devan berkisah saat di SD dulu. Sesekali mereka tertawa mengingat teman mereka dulu ada yang suka nakal dan suka ngelawak. Devan hebat dia bisa berjiwa besar tidak ada dendamdi hatinya.
"Eh, kita sudah sampai," ucap Sita menyudahi percakapan.
Bayu yang bertiup kencang menyegarkan raga mereka. Mereka sudah sampai di teras rumah Citra namun, terlihat sepi. Sita melangkah menuju pintu rumah Sita dan mengetuknya.
"Tok, tok, tok, permisi, Citrra," panggil Sita. Dari dalam rumah terdengar langkah   kaki. Krek, pintu terbuka. Ternyata si Mbok yang datang.
"Maaf Mbok Citra ada di rumah? tanya Sita.Sita memberikan buah tangan yang dibawanya.
"Terima kasih nduk nanti saya sampaikan kepada juragan," balas mbok yang tetap setia bekerja di rumah Citra.
Citra tidak di rumah, akhirnya Sita dan Devan pamit pulang.
Senja telah tiba, warna jingga menghiasi desa Sita dan Devan. Burung Gereja terbang kian kemari di atas  dahan yang rindang.
Sita dan Devan berpisah menuju rumah masing-masing.
Bersambung....