"Ya, aku sengaja datang pagi, mau ketemu putri tercinta. Oh, ya dengan siap tadi mrlambaikan tangan," tanya Amir sembari memandangi Sita.
Jantung Sita berdegup tak karuan saat mendengar kata putri tercinta.
"Hm, eh, oh, itu... tadi dengan teman kami satu mobil dari desa," bslas Sita gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Keringat dingin mulai bercucuran.
"Oh, dengan teman, baiklah tetapi kalau dia cowok aku tidak akan setuju dan tidak membiarkan dia menyentuhmu bahkan  mendekati sekali pun," serunya sembari mersih tangan Sita menuju lift khusus untuk CEO.
Sita hanya bergeming, tidak membantah ucapan Amir sebagsi CEO di oerysahaan itu.
Pintu lift terbuka mereka masuk tanpa ada kariawan lain yang masuk. Beberapa saat kemudian lift sudah berhenti. Sita mrlangkah lebih dulu namun, Amir meraih tangannya kembali, hampir saja wajah Sita menabrak dada bidang Amir dan mau terjatuh. Tetiba Amir meraih pinggang Sita. Wajah mereka saling berhadapan. Wajah Sita memerah seperti delima.
" Maaf Pak tidak sengaja," imbuh Sita gugup.
" Lain kali hati-hati," tukas CEO sembari melangkah ke ruang kerjanya. Sesat dia berhenti lalu melangkah menuju ruang kerja Sita.
"Nanti kita makan siang bersama," titah Amir.
Beberapa pasang mata menyaksikan mereka berdua, termasuk orang yang tidak senang dengan Sita. Mereka cemburu  terhadap Sita sebagai kariawan baru.
"Eh, Tina lihat tuh, si sok cantik semakin nempel sama CEO dasar ganjen," gerutu mereka.