Sembari mentetir sesekali Amir melirik Sita sembari menggenggam lembut jemari Sita.
Tetiba debaran di dada Sita tak beraturan. Keringat dingin mulai berjatuhan.
Bibirnya terucap doa, memohon pertolobgan Tuhan. Agar dia dilindungi.
Amir ternyata merasa apa yang di benak Sita.
Tetiba Amir menghentikan mobilnya di tepi jalan. Dibukanya pintu lalu menghampiri Sita.
Diraihnya tangan Sita mengajak ke luar dari mobil.
"Lihat cahaya bulan di sana terang tanpa ada awan yang menghalanginya. Aku ingin seperti itu pertemanan kita. Tidak usah takut aku tidak akan berbuat seperti yang kau takutkan. Aku sungguh- sungguh mau berteman denganmu," ucap Amir.
Amir mengungkapkan isi hatinya yang sudah lama dipendam.
Sita tetap belum yakin apa yang didengarnya. Dia harus berhati-hati dan sadar akan keadaannya
"Maaf Pak, Sita belum siap," ungkapnya gemetar.
Amir memahami maksud Sita.