"Siap Tuan."
Pelayan melangkah meninggalkan meja CEO dan Sita.
"Jangan panggil bapak kecuali di kantor," ucap Amir sembari menggenggam tangan Sita.
Tersentak Sita saat Amir menggemgam rangannya. Dia menoleh ke sekitarnya, kepalanya seakan membesar menahan rasa malu. Gegas ditariknya tangannya dari genggaman tangan Amir.
"Kenapa harus malu," ucap Amir.
Ada desiran yang mangalir di tubuh Sita, jantungnya berdegup kencang. Demikian juga Amir, semakin kencang dia menggenggam tangan Sita, semakin kencang juga debaran jantungnya. Dia tidak bermain-main lagi dengan Sita. Usianya yang yang menginjak 28 tahun sudah merasa pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya juga sudah meminta Amir untuk menikah namun, belum ada yang menarik perhatiannya.
"Ayolah nak, itu anak teman mami pantas untukmu, selain cantik dia juga baik," ungkap ibunya.
Amir tidak pernah tertarik dengan wanita yang diperkenalkan maminya.
Dia tidak pandang bulu, wanita yang akan dinikahinya.
Saat dia melihat Sita pandangan pertamanya sudah menarik perhatiannya. Selain polos dan pintar Sita orang yang sederhana. Tidak seperti kebanyakan wanita yang melihat harta kekayaan dan jabatan.
Bersambung....
Jakarta, 12 Nov 2023