"Malu Pak, lepaskan tangan saya," pinta Sita.
Amir tetap saja memegang tangan Sita. Dia tidak perduli apa kata orang. Rasa sayangnya kepada Sita semakin membuncah.
Setelah keluar dari lift, Amir menghampiri mobilnya yang terparkir.
Gegas dia membuka pintu depan.
"Silakan masuk,"
Sita tidak dapat berkata apa-apa, akhirnya dia pun masuk ke dalam mobil.
Amir yang sudah lapar melajukan mobilnya menuju restauran.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai.
Sita belum yakin, akan sikap CEO kepadanya dia tidak mau berharap banyak.
Dia harus benar-benar melihat sampai dimana kesungguhan CEO kepadanya.
"Siapa perempuan yang datang ke kantor kemarin dan mengaku calon istrinya?" tanyanya di hati.
Mobil tiba di parkiran. Gegas CEO membuka pintu mobilnya dan membukakan pintu di mana Sita duduk. Sita pun turun setelah pintu terbuka. CEO pun meraih tangan Sita lalu melangkah masuk ke dalam restauran.