Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Seperti Tertimpa Batu Rasanya

31 Oktober 2023   21:48 Diperbarui: 31 Oktober 2023   22:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Seperti Tertimpa Batu Rasanya

Menggapai Harapan-66

@Cerpen

Gegas CEO membalikkan tubuhnya melangkah ke kursinya. Dia memposisikan duduknya. Sita mengetuk keduakalinya. Tetiba Amir bersuara.

"Silakan masuk."

Sita perlahan membuka pintu.

"Maaf Pak, bapak memanggil saya," ucap Sita gugup.

"Silakan duduk."

"Tidak usah Pak, saya berdiri saja," balasnya sembari menunduk.

"Duduk tidak usah sungkan."

Sita terlihat gugup dan takut. Akhirnya ditariknya perlahan kursi yang menghadap Pak Amir lalu perlahan dia duduk.

Sita memainkan jemarinya butiran bening mulai membasahi tubuhnya. Rasa takut menghampirinya. Suasana hening. Pikiran masing masing bergerilya tak tentu arah.

"Hm, istirahat nanti temani saya."

Tersentak Sita mendengar ajakan Pak Amir.

"Maaf Pak, saya membawa bekal!"

"Saya tidak perlu mendengar alasan."

Sita bergeming lidahnya kelu. Dia belum pernah pergi berduaan bersama lelaki. Bahkan berpacaran pun tidak pernah terpikir olehnya. Jiwa polosnya membuat CEO semakin terpesona.

"Maaf Pak, saya sudah bisa pergi," ucapnya lirih.

"Ingat pesan saya!" balas Amir singkat.

Sita tidak menjawab. Gegas dilangkahkan kakinya meninggalkan ruang Amir. Seperti tertimpa batu yang sangat besar rasanya mendengar ajakan CEO. Dihempaskan bokongnya di kursi ditariknya napas panjang lalu buangnya kasar.

"Aduh, bagaimana ini apa kata orang-orang nanti saat melihat saya bersama CEO? monolognya di hati.

Melihat Sita termenung, Vivi menghampirinya.

"Hei, Sita, ada apa denganmu? tanya Vivi membuyarkan lamunannya.

"Vivi, tolongi saya ya!"

"Aku takut sekali," ucapnya sembari butiran bening menetes di pipinya.

Vivi mengerutkan keningnya. Ia bingung mau berkata apa. Melihat Sita menangis Nita tersenyum bangga, ia merasa Sita diomelin sama Pak Amir.

   "Emang enak, rasain sendiri jangan sok pintar!" gerutunya sembari mencibir.

"Apa Pak Amir memarahimu?" tanya Vivi penasaran.

Bersambung....

Jakarta, 31 Oktober 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun