Sita memainkan jemarinya butiran bening mulai membasahi tubuhnya. Rasa takut menghampirinya. Suasana hening. Pikiran masing masing bergerilya tak tentu arah.
"Hm, istirahat nanti temani saya."
Tersentak Sita mendengar ajakan Pak Amir.
"Maaf Pak, saya membawa bekal!"
"Saya tidak perlu mendengar alasan."
Sita bergeming lidahnya kelu. Dia belum pernah pergi berduaan bersama lelaki. Bahkan berpacaran pun tidak pernah terpikir olehnya. Jiwa polosnya membuat CEO semakin terpesona.
"Maaf Pak, saya sudah bisa pergi," ucapnya lirih.
"Ingat pesan saya!" balas Amir singkat.
Sita tidak menjawab. Gegas dilangkahkan kakinya meninggalkan ruang Amir. Seperti tertimpa batu yang sangat besar rasanya mendengar ajakan CEO. Dihempaskan bokongnya di kursi ditariknya napas panjang lalu buangnya kasar.
"Aduh, bagaimana ini apa kata orang-orang nanti saat melihat saya bersama CEO? monolognya di hati.
Melihat Sita termenung, Vivi menghampirinya.