Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku Dengan Telur Bebek

14 Oktober 2023   03:53 Diperbarui: 14 Oktober 2023   03:55 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kisahku Dengan Telur Bebek

@Kolom

#Tagur 176/9

Membaca tulisan dari Bu Siska Artati tentang telur asin, aku teringat akan kisah lucu yang pernah kualami.

Awal diterima menjadi PNS, aku ditempatkan di Jakarta Timur.

Belum pernah sama sekali mendengar telur asin. Aku  yang baru datang dari  Siantar tidak pernah mendengar yang namanya telur asin. Kalau telur bebek sudah pasti kenal karena orang tua pernah beternak bebek.

Kalau kita pergi ke Parapat para pedagang selalu menawarkan telur bebek rebus dan ombus-ombus.

Aku sangat menyukai namanya telur, kuhusnya telur bebek.

Pagi saat tiba di kantor tempatku mengajar sudah disuguhi telur bebek. Salah satu teman ada yang baru pulang dari kampung tepatnya daerah Brebes,  oleh-olehnya adalah telur bebek.

Senang sekali rasanya dapat oleh-oleh telur bebek.

Ucapan terima kasih pun mengalir kepada bu guru yang memberi oleh-oleh telur bebek. Namanya bu Wina. Masing-masing guru mendapat dua butir telur bebek.

" Wak, enak sekali nanti makan pakai telur bebek," gumamku dalam hati.

Telur bebek dimasukkan ke dalam tas.

Sesampai di rumah telur bebek kuraih dari dalam tas.  Rasa lapar sudah tak dapat ditahan.

Kuraih piring lalu kusendok nasi dan sayur ke dalam piring. Kukupas telur bebek pemberian teman. Namun ada yang aneh.

 "Kok telurnya begini dan baunya pun tak sedap. Ini telur busuk," ucapku mengerutu.

Aku sudah berprasangka buruk terhadap bu guru yang memberi telur bebek.

Tanpa berpikir panjang telur bebek langsung masuk ke dalam bak sampah.

"Huh, tidak jadi makan telur bebek rebus, padahal tadinya sudah  menggoda selera makan.

Aku berpikir terus tentang teman yang tega memberi telur busuk.

Keesokan harinya di sekolah  kuhampiri temanku yang lain apakah telur yang diberikan sama-sama telur busuk.

"Bu, Nur, kok telur bebek kemarin busuk ya, dua-duanya lagi, akhirnya kubuang ke tempat sampah," ujarku memberengut.

Mendengar penuturanku, tetiba dia tertwa terbahak-bahak. Aku jadi bingung mendengar gelak tawanya.

Bu, kenapa tertawa? tanyaku menimpali.

Ya, iyalah bu, itu bukan telur busuk, itu namanya telur asin," ungkapnya sembari menahan perutnya yang sakit karena geli.

Semua teman yang di kantor menjadi ramai dengan tawanya.

Wajahku memerah, rasa malu menyelimutiku.

Sejak saat itulah aku mengenal yang namanya telur asin.

Awalnya tidak suka dan baunya yang tidak sedap membuatku tidak mau makan telur asin. Tetapi seiring berjalannya waktu, perlahan kucicipi telur asin bila ada teman yang makan di kantor. Penasaran dengan telur asin. Setelah berulang ternyata telur asin enak juga buat lauk.

Itulah kisahku tentang telur bebek yang disangka telur busuk ternyata bukan. Itu namanya telur asin.

Jakarta, 14 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun