Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terkuaknya Sebuah Kejahatan yang Berencana

9 Oktober 2023   11:21 Diperbarui: 9 Oktober 2023   12:10 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkuak Sebuah Kejahatan Yang Berencana

Menggapai Harapan-48

Usai menyekap Ridwan mereka pun segera pulang. Ridwan belum sadarkan diri. Tinggallah dia sendiri di dalam Gudang yang gelap.

Pagi pukul 08. 00 WIB karyawan sudah berdatangan, Mbak Eni sekretaris Ceo juga sudah datang. Setiap pagi selalu ada ucapan salam dari Ridwan. Ia selalu datang lebih awal dari yang lain. Dia harus membersihkan ruangan Ceo. Kali ini tidak ada sapaan dari Ridwan.

"Kemana ya Ridwan? Tidak biasanya dia datang terlambat, apa dia sakit?" tanyanya dalam hati.

Mbak Eni melangkah ke ruang Ceo yang masih terkunci. Ia pun mengambil kunci dari laci mejanya lalu membuka pintu ruang Ceo. Eni mempunyai kunci ruang CEO, karena ia juga harus mempersiapkan file yang diperlukan CEO.

"Selamat pagi Pak," sambut Mbak Eni kepada CEO yang baru saja tiba.

CEO tidak melihat kehadiran Ridwan yang biasanya menyapanya saat CEO telah sampai di kantor. CEO menghampiri Mbak Eni sekertarisnya menanyakan keberadaan Ridwan.

"Maaf Pak, saya juga belum melihat saat aku sampai," ucap Eni sopan.

CEO Kembali ke ruangannya, dia meraih tumpukan kertas di mejanya. Usai diperiksa File itu pun ditanda tangani.

Didala Gudang Ridwan tersadar, ruangan sangat gelap. Ridwan merintih kesakitan.

"Aduh, di mana aku Ini? monolognya di hati.

Dia ingin berdiri namun, kakinya terikat dan mulutnya masih tertutup lakban.

"Tuhan tolonglah aku, aku harus bekerja," doanya kepada Tuhan.

Hari sudah siang, saat istirahat pun tiba. Biasanya Eni meminta tolong Ridwan membelikan nasi untuk makan siang. Dia malas turun makan sia bersama teman-temannya.

"Mbak Eni, mana Mas Ridwan? Sedari tadi aku tidak melihatnya?" tanya Nurul temannya.

"Ya, Nur, hari ini dia tidak masuk, mungkin kurang sehat tidak biasanya dia absen," ucap Eni

Mbak Eni yang sudah lapar akhirnya dia menerima ajakan Nurlinda.

"OK, Nur kita turun,aku tidak kuat lagi, perutku sudah keroncongan," ungkapnya.

Mereka berdua beranjak dari kursinya lalu melangkah menuju lift. Pintu lift terbuka gegas mereka masuk. Beberapa karyawan masuk ke dalam lift. Eni dan Nurlinda tiba di restaurant mereka duduk di bangku kosong. Makanan pun di pesan sesuai dengan selera masing-masing. Beberpa menit kemudian pesanan pun datang. Akibat perut yang sudah lapar mereka makan dengan lahapnya.

"Mbak, pesan jus jeruk ya dua," ungkap Mbak Eni.

Waktu istirahat telah usai, mereka bangkit dari duduknya melangkah meninggalkan restaurant. Sesampain di meja kerjanya, tetiba tangannya membuka CCTV kantornya. Sementara Eni tidak bermaksud membukanya. Entah apa yang menggerakakn hatinya ingin membuka CCTV itu. Tersentak Eni saat menyaksikan apa yang sudah terjadi. Mulutnya menganga lalu mentup dengan kedua tangannya. Netranya tidak lepas dari layar TV.

"Ya, ampun, ternyata Ridwan disekap di gudang oleh Pak Burhan bersama seorang temannya. Ternyata mereka sudah berencana menyakiti Ridwan." Bergegas Eni menuju ruang CEO.

"Pak, permisi," serunya sembari mengetuk pintu.

"Ya, masuk."

Eni membuka pintu ruang CEO lalu menceritakan peristiwa yang menyedihkan yang menimpa Ridwan. Pak CEO marah besar, diperintahkan pegawainya untuk menolong Ridwan. Mereka membawa Ridwan ke Rumah Sakit untuk diperiksa.

"Lukman, cari Pak Burhan sampai dapat, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," titahnya kepada Lukman.

Bersambung....

Jakarta, 9 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun