"Aduh, di mana aku Ini? monolognya di hati.
Dia ingin berdiri namun, kakinya terikat dan mulutnya masih tertutup lakban.
"Tuhan tolonglah aku, aku harus bekerja," doanya kepada Tuhan.
Hari sudah siang, saat istirahat pun tiba. Biasanya Eni meminta tolong Ridwan membelikan nasi untuk makan siang. Dia malas turun makan sia bersama teman-temannya.
"Mbak Eni, mana Mas Ridwan? Sedari tadi aku tidak melihatnya?" tanya Nurul temannya.
"Ya, Nur, hari ini dia tidak masuk, mungkin kurang sehat tidak biasanya dia absen," ucap Eni
Mbak Eni yang sudah lapar akhirnya dia menerima ajakan Nurlinda.
"OK, Nur kita turun,aku tidak kuat lagi, perutku sudah keroncongan," ungkapnya.
Mereka berdua beranjak dari kursinya lalu melangkah menuju lift. Pintu lift terbuka gegas mereka masuk. Beberapa karyawan masuk ke dalam lift. Eni dan Nurlinda tiba di restaurant mereka duduk di bangku kosong. Makanan pun di pesan sesuai dengan selera masing-masing. Beberpa menit kemudian pesanan pun datang. Akibat perut yang sudah lapar mereka makan dengan lahapnya.
"Mbak, pesan jus jeruk ya dua," ungkap Mbak Eni.
Waktu istirahat telah usai, mereka bangkit dari duduknya melangkah meninggalkan restaurant. Sesampain di meja kerjanya, tetiba tangannya membuka CCTV kantornya. Sementara Eni tidak bermaksud membukanya. Entah apa yang menggerakakn hatinya ingin membuka CCTV itu. Tersentak Eni saat menyaksikan apa yang sudah terjadi. Mulutnya menganga lalu mentup dengan kedua tangannya. Netranya tidak lepas dari layar TV.