Menggapai Harapan-47
Ibu Sita sangat merindukan anak sulungnya yang sudah lama merantau. Mereka tidak tahu kabarnya. Semenjak kepergiannya sekali pun tiak pernah pulang.
Sabar ya Bu, kita doakan saja semoga anak kita baik-baik saja di sana," ucap Bapak Sita menghibur.
"Bagaimana Ibu tidak sedih Pak, anak kita sekali pun tidak pernah pulang apa dia sakit atau ...," Ibu Sita tidak melanjutkan ucapannya.
Ibu Sita tidak ingin berprasangka buruk terhadap anaknya.
Sita yang melihat ibunya mengangis, lalu menghampiri ibunya.
"Apa yang terjadi kepada Ibu?" tanya Sita penasaran.
*
Jauh di tempatlain, Ridwan sudah bekerja di perusaan Swasta.
"Aku belum cukup uang untuk kembali ke rumah orang tuaku,
Ibu, sama Bapak sudah pasti menung kehadiranku," gumamnya.
Waktu pulang kantor sudah tiba namun, Ridwan belum bersiap-siap pulang dia kembali ke ruang CEO untuK memeriksam terlebih dahulu. Ruang CEO sudah terlihat rapi dan bersih Ridwan bersiap-siap hendak pulang. Saat kakinya melangkah menuju lift seseorang mengikutinya dari belakang, sebatang kayu dipukulkannya ke tengkuk Ridawan. Tersentak Ridwan saat menyadari dia dipukul oleh seseorang.
"Aduh, siapa kamu? Apa salahku? tanya Ridwan sambil memandangi orang yang memukulnya.
Tiba-tiba matanya berkunang-kunang, Ridwan pun terjatuh.
"Ayo, dia sudah pingsan mari kita bawa dia," ucap Pak Burhan kepada temannya.
Tubuh Ridwan dibopong menuju gudang yang ada di kantor tersebut.
"Rasain kamu Ridwan jangan berharap kamu bahagia," ungkap Burhan sambil tertawa puas,
Usai menyekap Ridwan mereka pun segera pulang. Ridwan belum sadarkan diri. Tinggallah dia sendiri di dalam Gudang yang gelap.
Bersambung....
Jakarta, 8 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H