Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rasa Bersalah Selalu Mengganjal

3 Oktober 2023   14:23 Diperbarui: 3 Oktober 2023   14:25 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Rasa Bersalah Selalu Mengganjal
Menggapai Harapan-43

@Cerpen

Tetiba Kak Wina keluar dari kamarnya.

"Ayo, Dik, sudah siap kah?"

"Sebentar Kak, lagi berpakaian."

Kak Wina dengan sabar menunggu adiknya yang sedang berpakaian. Berebapa menit kemudian, Rika keluar dari kamarnya.

"Sudah Kak, ayo kita jalan," tukasnya sambil melangkah ke halaman.

Sepanjang perjalanan Rika bermonolog apakah permintaan maafnya diterima. Kak Wina tidak melepaskan genggaman tangannya dari Rika, takut kalau Rika tetiba jatuh. Kondisi Rika belum begitu pulih. Permintaan Rika yang membuatnya menemani adiknya.

Rumah Sita tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sekitar lima puluh meter. Melihat adiknya sudah berkeringat jagung, Kak Wina menjadi cemas.

"Dik, masih kuat tidak berjalan, kita istirahat dulu," ucap Kak Wina. Kebtulan ada pohon mangga di dekat mereka berjalan.

Mereka pun duduk di bongkahan kayu yang sudah kering. Angin sepoi menyapa kulit raga mereka. Rasa segar terasa di raga Kak Wina dan Rika.

"Hmm... segarnya," ungkap Rika sembari merapikan rambutnya yang tertiup angin.

Sesaat saja mereka istirahat, mereka pun melanjutkan langkahnya menuju rumah Sita.

"Kak, sepertinya rumah Sita sepi ya, kemana mereka? tanya Rika cemas.

Rika sudah tidak sabar bertemu dengan Sita, rasa bersalah selalu mengganjal di hatinya. Kak Wendi melangkah ke depan pintu lalu mengetuknya.

"Selamat sore Sita, permisi," panggilnya sembari mengetuk pintu.

Sita yang berada di dapur mencuci gelas kotor yang tadi dipakai Citra dan Wendi.

Sayup terdengar ketukan pintu rumahnya. Sita yang sudah selesai membersihkan piring dan gelasnya, gegas melangkah ke depan. Ia membuka pintu rumahnya. Sontak Sita saat melihat orang yang datang.

"Hai, Sita, apa kabarmu? Boleh kami masuk."

Sita segera menepis lamunannya."

"Oh, ya, silakan masuk," balas Sita sembari menyilakan mereka masuk. Kak Wina meraih tangan Rika melangkah masuk. Mereka duduk di kursi yang terlihat sederhana.

"Maaf ya Kak, Rika, duduk di kursi yang sudah kusam!" tukas Sita sembari menempelkan bokongnya di kursi yang tidak jauh dari tamunya.

"Baik, terima kasih Sita," ucap Kak Wina sembari melengkungkan bibirnya.

Sita heran akan kedatangan Rika dan kakaknya. "Sebentar ya Kak, Sita tinggal dulu. Sita beranjak dari kursinya namun ditahan oleh Rika.

Bersambung....

Jakarta, 3 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun