Permintaan di Kabulkan
Menggapai Harapan-21
@Cerpen
Kedua orang tua Sita juga ingin anaknya melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi namun, keadaanlah yang membuat sehingga Sita tidak bisa ke SMP.
Aduh, bagaimana ya kalau Sita jadi ikut tinggal di rumah saya, pasti nanti kasih sayang Bapak dan Ibu berkurang deh sama aku," gumamnya murung.
Jingga tidak mau kasih sayang kedua orang tuanya terbagi sama Sita, sementara Sita adalah sepupunya. Terdengar suara mobil masuk ke halaman rumahnya, Jingga melangkah mendekat pintu. Disibaknya sedikit horden jendela mengintip keluar ingin memastikan kehadiran Sita. Ibu Murni keluar dari Mobil diikuti Pak Narto di belakangnya.
"Loh, kenapa hanya bapak dan ibu, Sita tidak ada," Jingga bermonolog di benaknya.
Antara senang dan tanda tanya, Jingga membukakan pintu menyambut kedatangan Bapak dan Ibunya.
Bapak, ibuuu, Jingga kangen," Jingga menyalami kedua orangtuanya dan menciumi punggung tangan mereka.
Jingga memeluk erat ibunya rasa rindu membuncah di benaknya. Bu Mirna membalas pelukan anaknya lalu mengusap kepala Jingga.
Tetiba Jingga melepas pelukannya.
"Bu, Sita mana kok tidak ikut," tanyanya mengerutkan keningnya.
Di benaknya Jingga merasa senang Sita tidak jadi tinggal di rumahnya.
***
"Pak, tadi Citra anak kita bercerita tentang Sita dan kedua orang tuanya.
Merekakan buruh di sawah kita tetapi, tidak cukup untuk membiayai sekolah Sita anak mereka," jelas Bu Citra lirih.
Ibu Citra berunding dengan suaminya untuk memberikan bantuan kepada keuarga Sita. Bapak Citra menyetujui permintaan Citra. Ibu Citra beranjak dari tempat dudukunya melangkah menuju kamar Citra.
Tok, tok, tok."
"Nak tolong buka pintunya, ibu mau bicara," titah Ibu Citra.
Bersambung....
Jakarta, 7 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H