Anak Yang Baik dan Sopan
Menggapai Harapan-19
@Cerpen
Bude Sita, terus memikirkan keponakannya, dia ingin agar Sita tinggal bersamanya.
"Pa, kita pastikan lagi ya, mingkin Sita sudah berubah pikiran," ungkap Bu Mirna.
"Baiklah Bu, kita akan jemput Sita ke Desa."
Jingga yang mendengar pembicaraan orang tuanya memberenggut. Dia tidak terima kalau Sita sepupunya tinggal bersama mereka.Â
"Awas saja kalau dia tinggal di rumah, aku tidak akan menemaninya," gumamnya di hati.
Â
Malam telah berganti, sinar fajar telah menyeruak di celah-celah dedaunan kicauan burung terdengan merdunya. Bu Mirna telah terjaga dari mimpinya. Dia pun beranjak menuju dapur. Menyiapkan sarapan pagi dan bekal di jalan. Usai makan mereka bersiap-siap hendak berangkat.
Â
"Pastikan tidak ada lagi yang teringgal Bu," imbuh Pak Narto.
Â
"Loh, kenapa belum rapi Nak! Ayo, Nak, ke rumah Bibimu kita jemput Sita," ucap Bu Mirna menghampiri anaknya.
Â
"Jingga tidak ikut ma, aku di rumah saja," balasnya lirih.
Â
 Jingga tetap tidak terima kalau Sita sepupunya tinggal bersama mereka. Tidak tahu apa motifnya hingga ia tidak setuju. Pak Narto melangkah ke garasi mengeluarkan mobil avansanya. Bu Mirna membuka pintu mobil. Dia pun duduk di samping Pak Narto.
Â
"Bu, tidak ada lagi yang tertinggal? Tanya Pak Narto.
Â
"Ya, Pak, semua sudah siap! Kita berangkat sekarang," imbuh Bu Mirna.
Â
 Pak Narto melajukan mobilnya meniggalkan rumah mereka.
Â
"Pak, Ibu heran melihat anak kita Jingga, mengapa sikapnya seperti itu ya, padahal Sita sepupunya? Tanya Bu Mirna heran.
Â
"Nanti juga dia akan menerima Sita saat sudah di rumah BU, dia sudah ada teman," balas Pak Narto.
Â
 Lebih kurang 4 jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Desa Maju, Pak Narto memarkir mobilnya di depan rumah peninggalan orang tuanya yang kini di tempati adik perempuannya.
Â
Bu Mirna membuka pintu mobil, kemudian turun melangkan menuju rumah adiknya. Di ketuknya pintu rumah.
Â
Tok, tok, tok."
Â
"Sita, buka pintunya Nak," panggilnya sembari mendongak ke dalam rumah.
Â
"Jangan-jangan mereka ada di sawah Pak," kata Bu Mirna resah.
Â
 Sita yang baru datang dari sawah, mendengar ketukan pintu.
Â
"Sepertinya ada yang mengetuk pintu, siapa ya? tanyanya di hati.
Â
Sita pun bergegas melangkha ke depan serta netranya memandang ke luar.
Â
"Bukankah itu Pakde dan Bude," monolognya di hati.
Â
Klek, kreek.
Â
Pintu terbuka.
Â
"Pakde, Bude, sudah lama datang? ayo masuk," sapanya sopan sembari menyalami kedua tamunya. Sita menyilakan mereka duduk. Dia bergegas ke dapur dan kembali dengan membawa dua gelas teh manis di nampan.
Â
"Silakan diminum Pakde dan Bude. Sebentar Sita tinggal ya, Sita akan memangil Bapak dan Ibu," tuturnya dengan sopan.
Â
Sita pun melangkah meninggalkan tamunya di rumah.
Â
"Sita anak yang baik dan sopan, aku senang melihtanya Pak," ucap Bibi Sita.
Bersambung....
Jakarta, 3 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H