Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tinggal bersama Pakde dan Bude di Kota

31 Agustus 2023   08:51 Diperbarui: 31 Agustus 2023   08:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinggal Bersama Pakde Dan Bude di Kota


Menggapai Harapan-17

@Cerpen

Makan telah usai mereka kembali ke ruang tamu. Sita membersihkan piring kotor bekas makan mereka. Jingga pura-pura tidak tahu menahu akan Sita yang mencuci piring bekas makan mereka.
Dia duduk di samping ibunya. Tetiba Bu Mirna mendongakkan wajahnya kepada Jingga.


"Nak, ayo bantuin sepupunya mencuci piring, kasihan dia sendiri," sergah Bu Mirna merasa tidak enak terhadap Sita.


"Ah, Mama, Jingga tidak bisakan cuci piring," ungkapnya manja. 

Jingga anak yang manja tidak pernah sekali pun mencuci piring di rumahnya.
Tetiba Narto menawarkan setelah lulus nanti, Sita tingggal bersama mereka di kota.


"Tidak bisa, Mbak kami sangat membutuhkannya," tutur Ibu Sita.
"Maaf Dik, selama ini tidak bisa membantu kalian untuk kebutuhan sehari-hari.


Jingga mengerutkan kenignya saat mendengar ibunnya menawarkan Sita tingggal di rumahnya.


"Aku tidak setuju kalau Sita tinggal bersama di rumahku," monolognya di hati.


Bu Mirna melihat perubahan wajah Jingga saat dia menawarkan Sita tinggal di rumahnya.


"Maaf Bude, bukannya Sita tidak mau tinggal bersama Bude, kasihan Bapak dan Ibu tidak ada yang bantu," tuturnya sopan.


"Tidak apa-apa Nak, setelah lulus SD tinggal di rumah Pakdemu, untuk melanjutkan sekolahmu Nak," ungkap Ibu Sita.


Berat rasanya Sita meninggalkan kedua orang tuanya, dia akan tetap bersama kedua orang tuanya.
***
Pengumuman kelulusan pun tiba, semua siswa harus datang ke sekolah untuk melihat pengumuman tersebut.


Malam bergati pagi, udara terasa sejuk, nyanyian burung yang bersahut-sahutan menambah keindahan di pagi hari. Secerah hati Citra yang sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah. Usai sarapan pagi dia berpamutan kepada orang tuanya.


"Pa, Ma, doakan Citra ya, semoga lulus. Hari ini pengumuman kelulusan," tukas Citra sembari mencium punggung tangan orang tuanya.


"Dah, Pa,Ma," ucapnya sembari melambaikan tangannya.


Lambaian tangan kedua orang tuanya mengiringi langkahnya menuju ke sekolah. Teman Sita sudah menunggu di depan rumahnya.


"Hai, Sita, selamat Pagi!" Ternyata kamu sudah datang," sapanya sambil menghampiri Sita. 

Sita membalas sapaan Citra dengan senyum yang mengembang. Mereka pun berjalan disambut dengan mentari yang merekah. Hembusan angin memanjakan rambut Citra dan Sita yang terurai. Sembari berjalan keduanya tampak ceria, sesekali tawa mereka pecah.


"Oh, ya Sit, setelah lulus nanti, rencana kemana melanjut? Tanya Citra.


"Entahlah Cit, aku juga belum bisa memastikan, kamu tahukan keadaan orang tuaku. Mereka hanya buruh tani. Penghasilan yang pas-pasan tidak mungkin bisa membiayai sekolahku," balas Sita sembari menunduk sedih.


Citra tersentak mendengar keluhan Sita. Sementara Citra tahu kalau Orang tua Sita bekerja sama orang tuanya.

Bersambung....
Jakarta, 31 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun