Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saling Merindu

21 Agustus 2023   20:35 Diperbarui: 21 Agustus 2023   20:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saling Merindu

@Cerbung

Menggapai harapan-6

Sembari makan Ridwan bercerita tentang Ayah dan Ibu serta adik perempuannya. Netranya yang sembab tidak terbendung lagi. Buliran bening berjatuhan membasahi pipinya.

"Aku sangat merindukan mereka," imbuhnya.

"Sabar ya Ridwan semoga kamu bisa bertemu dengan keluargamu," ulas salah satu temannya.

"Trima kasih teman-teman"

Usai makan Ridwan dan temannya melanjutkan pekerjaan mereka. Tino teman Ridwan mempunyai kisah yang sama. Orang tuanya juga tidak sanggup menyekolahkannya, hingga dia putus sekokah di SD.

Bulan April tinggal tujuh hari lagi, ujian akhir kelas 6 sudah di ambang pintu. Sambil membantu ibunya bekerja, Sita tetap belajar dengan tekun. Ibunya yang baru sembuh sudah bekerja, sebenarnya Sita tidak sanggup melihat ibunya yang menjelang senja.

Tetiba ibunya terbayang akan anaknya yang sudah merantau. Ridwan seharusnya masih duduk di bangku sekolah namun, keadaanlah yang membuatnya harus putus sekolah.

"Nak, bagaimana ya kabar kakakmu, di mana keberadaannya?" tanya ibu Sita lirih. Tidak terasa air mata sudah membasahi pipinya. Ibu dan anak saling merindukan.

"Sabar ya, Bu semoga kakak baik-baik saja," balas Sita meyakinkan ibunya.

Minggu pagi fajar telah menyingsing, Sita menyiapkan peralatan ujian esok pagi. Senin di bulan April akan mengukiti ujian akhir. Dia berusaha mendapat nilai yang terbaik.

Kicauan burung yang terdengar indah besahut-sahutan, membuat Sita lebih semangat lagi. Usai membersihkan diri Sita lalu memakai seragam yang sudah disapkannya. Kakinya melangkah ke dapur untuk sarapan. Sesendok nasi dan singkong rebus, ikan asin bakar sudah mengumbar nafsu makannya. Sita tetap bersyukur dengan apa yang ada di hadapannya. Usai sarapan ia menghampiri ayah dan ibunya.

"Pak, Bu, doakan Sita ya, agar bisa mengerjakan soal ujian dengan lancar," pintanya sambil mencium pungung tangan kedua orang tuanya dengan penuh cinta.

"Tuhan menyertaimu Nak," ucap kedua orang tuanya sembari mengelus kepala Sita dengan lemhut.

Lambaian tangan orang tuanya menghantar kepergian Sita. Hari pertama ujian dihadapi dengan penuh sukacita. Hembusan angin menyapa kulit halus dan rambut Sita yang terurai panjang. Di pertigaan jalan Citra dan temannya sudah menunggu Sita.

"Hai, teman-teman selamat pagi," sapa Sita dengan membariskan giginya.

Teman-teman menyambut dengan gembira. Berbeda dengan Rika, wajahnya terlihat murung dia melangkah lebih cepat menjaga jarak dari Sita. Kehadiran Sita membuatnya tidak nyaman. Sambil melangkah Citra dan teman-temannya saling bercerita. Lima belas menit perjalanan mereka akhirnya sampai di sekolah. Sesampai di sekolah mereka mencari bangku sesuai dengan nomor ujian. Sita meletakkan tasnya di laci lalu merebahkan bokongnya di bangku. Lantunkan doa terucap di bibirnya karena sudah sampai di sekolah dengan selamat.  Baru saja bergabung dengan teman-temannya, tetiba bel masuk berbunyi.

"Yah, sudah bel, ayo teman-teman kita baris di lapangan,"ajak Citra.

Mereka meninggalkan kelas lalu berhamburan ke lapangan sekolah.

Bersambung....

Jakarta, 21 Agustus 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun