"Sabar ya, Bu semoga kakak baik-baik saja," balas Sita meyakinkan ibunya.
Minggu pagi fajar telah menyingsing, Sita menyiapkan peralatan ujian esok pagi. Senin di bulan April akan mengukiti ujian akhir. Dia berusaha mendapat nilai yang terbaik.
Kicauan burung yang terdengar indah besahut-sahutan, membuat Sita lebih semangat lagi. Usai membersihkan diri Sita lalu memakai seragam yang sudah disapkannya. Kakinya melangkah ke dapur untuk sarapan. Sesendok nasi dan singkong rebus, ikan asin bakar sudah mengumbar nafsu makannya. Sita tetap bersyukur dengan apa yang ada di hadapannya. Usai sarapan ia menghampiri ayah dan ibunya.
"Pak, Bu, doakan Sita ya, agar bisa mengerjakan soal ujian dengan lancar," pintanya sambil mencium pungung tangan kedua orang tuanya dengan penuh cinta.
"Tuhan menyertaimu Nak," ucap kedua orang tuanya sembari mengelus kepala Sita dengan lemhut.
Lambaian tangan orang tuanya menghantar kepergian Sita. Hari pertama ujian dihadapi dengan penuh sukacita. Hembusan angin menyapa kulit halus dan rambut Sita yang terurai panjang. Di pertigaan jalan Citra dan temannya sudah menunggu Sita.
"Hai, teman-teman selamat pagi," sapa Sita dengan membariskan giginya.
Teman-teman menyambut dengan gembira. Berbeda dengan Rika, wajahnya terlihat murung dia melangkah lebih cepat menjaga jarak dari Sita. Kehadiran Sita membuatnya tidak nyaman. Sambil melangkah Citra dan teman-temannya saling bercerita. Lima belas menit perjalanan mereka akhirnya sampai di sekolah. Sesampai di sekolah mereka mencari bangku sesuai dengan nomor ujian. Sita meletakkan tasnya di laci lalu merebahkan bokongnya di bangku. Lantunkan doa terucap di bibirnya karena sudah sampai di sekolah dengan selamat. Â Baru saja bergabung dengan teman-temannya, tetiba bel masuk berbunyi.
"Yah, sudah bel, ayo teman-teman kita baris di lapangan,"ajak Citra.
Mereka meninggalkan kelas lalu berhamburan ke lapangan sekolah.
Bersambung....