Â
Dikira Osal digigit serangga, ternyata seperti itu dia kalau bangun pagi. Apa lagi bila tidak ada Bu Lia di sampingnya memeluk tubuhnya. Pak Hery tersentak mendengar tangisan Osal. Bergegas dia bangkit dari ranjangnya. Dihampirinya anaknya yang masih sesunggukan.
Â
"Kenapa Nak Osal, ayo sama Papa, kita jalan pagi ya," ucapnya sembari menggendong Osal.
Â
Saat mereka melangkah keluar rumah, mentari belum menampakkan sinarnya. Hembusan bayu terasa dingin menembus kulit. Osal yang dalam gendongan papanya sudah tidak menangis lagi. Namun, buliran bening masih menempel di pipinya. Mereka menyusuri jalan yang masih sepi. Belum terlihat kendaraan yang lalu lalang.
Â
"Pa, ayo masuk ke rumah Bibik," ucapnya
Â
Udara pagi yang menusuk kulit Osal membuat dia tidak tahan berlama-lamadi luar. Tangisan histerisnya sudah tidak terdengar lagi. Dengan langkah cepat Pak Heri menuju rumah Bibi takut kalau anaknya menangis lagi.
Â