Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rinai dan Petir Merajai di Malam yang Gelap

19 Juli 2023   17:43 Diperbarui: 19 Juli 2023   17:46 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rinai dan petir merajai di Malam Yang Gelap

Penantian di Ujung Rindu-24 

@Cerpen

 

Demam Lory yang sudah berkurang membuat hati Lia senang, rasa kuatir sirna sudah di benaknya.  Bu Lia tidur bersama kedua anaknya dalam satu kamar. Bu Lia sudah tak dapat menahan rasa kantuknya. Kelopak netranya kini merapat sembari tangannya memeluk tubuh Lory.

Rinai yang turun dengan derasnya membasahi pelataran bumi serta petir yang kencang bersahut-sahutan memhuat Lia terjaga dari lelapnya. Netranya tertuju pada kedua anaknya yang ternyata masih tidur. Bu Lia mengira anaknya terbangun karena suara petir.

"Wah, rinai deras sekali, semoga hanya malam ini saja sehingga besok saat melanjutkan perjalanan pulang tidak tergnggu oleh rinai." 

Rinai dan petir merajai di Malam gelap, Lia yang masih mengantuk akhirnya tertidur pulas dia tidak lagi mendengar petir yang bersahut-sahutan. Pagi hari suara kokok ayam jantan membangunkan Bu Lia dari mimpinya. Dikatubkannya kedua tangannya untuk melantunkan doa. Usai berdoa Lia beranjak dari pembaringannya

"Kami harus berangkat lebih pagi, semoga perjalanan lancar, sehingga sampai di Medan lebih cepat," gumam Bu Lia di benaknya sambil melangkah ke dapur.

Sampai di dapur, Lia tersentak, ternyata adik iparnya sudah mendahuluinya.

"Eh, adik ipar sudah bangun rupanya," sapanya sembari meraih gelas dari rak piring.

Dituangnya air hangat ke dalam gelas kemudian diteguknya hingga habis. Sudah kebiasaan Bu Lia minum dua gelas hangat setiap dia bangun pagi. 

Bu Lia menghampiri adik iparnya lalu mengupas wortel dan kentang. Mereka akan masak sayur sop untuk bekal mereka di jalan nanti.

Beberapa saat kemudian Bu Lia dan iparnya sudah selasai memasak. Bu Lia lebih dahulu membersihkan tubuhnya. Adik ipar menyajikan makanan di meja makan.

"Hm, segar sekali mandi pagi," ungkapanya sembari mengayunkan langkahnya ke kamar ingin membangunkan kedua anaknya. Air panas untuk mandi kedua anaknya.

"Nak Osal bangun, mama sudah siapkan air hangat yok," kata Bu Lia sembari memeluk tubuh Osal.

Tetiba Osal teriak histeris, membuat Bu Lia tersentak.

 

Jakarta, 19 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun