Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ternyata Dia yang Pernah Mengisi Hatiku

17 Juli 2023   21:30 Diperbarui: 17 Juli 2023   21:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ternyataa Dia Yang Pernah Mengisi Hatiku

Luka Yang Mendera ke-12

#Tagur ke-101

@Cerpen

Ternyataa Dia Yang Pernah Mengisi Hatiku

Saat menunggu makanan, tetiba ada yang memanggil Bi Kirin. Tersentak Bi Kirin ketika ada yang memanggilnya.

"Siapa yang memanggil namaku ya," ucapnya sembari mngerutkan keningnya dan menoleh ke suara yang memanggilnya.

Namun, tidak menemukan orang yang memanggilnya. Bi Kirin kembali meraih kertas menu di mejanya. Dia masih penasaran dengan suara yang memanggilnya. Usai menulis menu yang dipilihnya Bi Kirin menyodorkan kertas kecil kepada pelayan restoran.

"Terima kasih Bu," ucap pelayan lalu berbalik badan meninggalkan Bi Kirin dan Wulan.

Sembari menunggu makanan datang Bi Kirin pamit ke toilet.

"Nak, Bibi sebentar ke toilet ya!" jangan ke mana-mana," pesan Bi Kirin. Dia pun beranjak dari tempat duduknya melangkahkan kakinya menuju toilet.

Tidak lama di toilet Bi Kirin keluar. Gegas ia melangkah menuju meja mereka, ia kuatir akan Wulan keponakannya. Belum sampai ke tempat Wulan duduk, seseorang menghampirinya.

"Hai, Kirin apa kabarmu?" tanyanya sembari menghampiri Kirin.

Tersentak Bi Kirin saat melihat orang yang menghampirinya.

"Gino?" Ternyata dia yang pernah mengisi hatiku," gumam Kirin di benaknya.

"Apa, kamu sudah lupa kepadaku?" tanya orang tersebut.

Ternyata dia teman Bi Kirin saat SMA dulu. Dia pernah menaruh hati kepada Kirin, demikian juga dengan Kirin. Namun, pertemanan mereka hanya sesaat. Pria itu bernama Gino. Dia pria yang tampan dan baik hati. Saat mereka jadian Gino tetiba pergi merantau mengadu Nasib. Gino masih seperti dulu dia sangat mencintai Kirin. Saat itu belum ada alat komunikasi alias handphone, sehingga mereka tidak dapat berkomuniksi.

"Kirin, apa kamu sudah menikah?" siapa anak perempuan yang duduk bersamamu? Apa dia anakmu?" tanya Gino secara beruntun.

Jantung Kirin berdebar tidak karuan, rasa yang lama tiba-tiba bergleora. Kirim bergeming sembari menunduk, dia tidak berani menatap wajah Gino. Rasa bersalah menyelimuti hatinya.

"Kirin, jawablah dengang jujur, aku tidak marah ini salahku," imbuh Gino membuyarkan lamunan Kirin.

Kirin memberanikan diri mengajak Gino duduk bersam mereka.

"Mas, mari kita duduk di sana, tidak enak dilihat orang banyak," balas Kirin sembari melangkah ke tempat Kirin dan Wulan duduk.

"Silakan duduk Mas, nanti aku ceritakan semuanya," ulas Kirin.

Kirin memanggil pelayan lalu memesan segelas kopi.

Jakarta, 17 Juli 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun