Luka yang mendera-8
Cemburu Yang Tak Beralasan
Wulan masih pusing dan demam, belum kuat dia berjalan. Bi Kirin mengambilkan nasi Wulan.
"Habiskan makannya yan Nak, biar minum obat dan istirahat," ucap Bi Kirin.
"Baik, Bi, terima kasih," jawabnya sambil menyendok nasi ke mulutnya.
Walau masih pahit rasa di mulut, Wulan tetap mengabiskan makannya, dia tidak mau mengecewakan Bibinya yang sangat perhatian kepadanya.
"Eh, anak pintar sudah habis nasinya," ucap Bibi dengan senyum yang mengembang.
Bi Kirin meraih obat dari dalam tasnya, lalu diberikan kepada Wulan.
"Ini, Nak, obatnya!" ayo diminum."
Tiga hari kemudian Wulan sudah sembuh dari sakitnya. Senyum mengembang terlihat di wajah Bi Kirin. Dengan semangat yang membuncah Bi Kirin melayani pembeli yang datang. Wulan menghampiri Bi Kirin yang sedang sibuk melayani di tokonya.