Penantian di Ujung Rindu-20
Kesedihan Menyelimuti Hati Saat Akan Berpisah
Sarapan pagi sudah tersaji di meja makan, saat anak-anak sudah bangun. Nenek gegas ke pasar sebelum fajar menyingsing.
"Kek, ayo temani ke pasar, untuk membeli lauk yang akan bekal ansk cucu di perjalanan pulang," ajak nenek kepada kakek yang sudah bangun.
"Baik Bu," balas kakek sembari melangkah meraih kunci motor. Usai menyalakan motor, kakek melajukan motornya dengan perlahan.
Udara terasa sejuk menyapa kakek dan nenek dalam perjalanan menuju ke pasar. Jarak antara pasar dengan rumah nenek lebih kurang 2 kilo meter. Jalan masih sepi, belum ada kemacetan, karena masih pagi. Beberapa menit berlalu mereka sudah sampai di pasar Inpres. Kakek memarkir motor di parkiran. Setelah turun dari motor nenek melangkah masuk ke dalam pasar. Daging sapi yang masih segar berjejer di tempat penjual daging. Nenek memilh daging yang empuk untuk dimasak rendang. Penjual daging yang sudah menjadi langganan nenek menimbang dagingnya setelah menawar harga daging tersebut. Usai ditimbang nenek membuka dompet lalu mengambil lembaran merah untuk membayar daging 2 Kg. Nenek melangkah ke penjual bumbu dan kelapa. Usai pembayaran nenek menuju ke parkuran. Kakek sudah menunggu di sana.
"Sudah selesai belanjanya Bu," tanya kakek sambil menstater motornya.
"Sudah, Pak, ayo kita pulang."
Kakek melajukan miyornya meninggalkan pasar. Di depan pasar jalanan macet, karena nadih banyak yang berualan di pinggir jalan. Dengan hati-hati kakek membawa motornya. Usai melewati pasar jalan menjadi lancar. Mereka akhirnya sampai di rumah. Nenek turun lalu membuka gerbang. Nenek gegas membawa belanjaan ke dapur. Ternyata cucunya sudah pada bangun.
"Eh, cucu nenek sudah pada bangun ya," sapa nenek dengan senyum yang sumringah.