Menunggu Panggilan
Kamu demam Nak, kita ke dokter ya," ajak Kirin tanpa berlama-lama.
Bibi Kirin bergegas menyiapkan kenderaannya. Kembali dia menghampiri keponakannya yang sedang sakit.
"Ayo, Nak kita berangkat," ujarnya sembari menuntun Wulan.
 Bi Kirin menaiki motornya diikuti Wulan diboncengannya.
"Pegangan ya Nak, bersandarlah di punggung Bibi," titahnya.
Wulan memeluk Bibinya dari belakang. Beberapa menit kemudian mereka sampai di klinik yang tidak jauh dari rumah mereka.
Sesampai di klinik Bibi Kirin memarkir motornya. Perlahan Wulan turun dari motornya. Bi Kirin segera menuntun Wulan masuk.
"Permisi, Sus mau daftar anak saya," ucapnya.
"Oh, di sini Bu," balasnya.
Setelah mendaftar mereka harus menunggu panggilan dokter.
Bi Kirin tampak gelisah, dirangkulnya Wulan yang masih demam. Tetiba nama Wulan dipanggil. Gegas Bi Kirin menuntun Wulan.
"Ayo, Nak, kita masuk," ajak Bi Kirin.
Bi Kirin mengetuk pintu ruang dokter.
"Ayo, Bu silakan masuk, apa yang dirasakan," tanya dokter.
Wulan menjelaskan penyakit yang dirasakannya.
Dokter pun memeriksa Wulan yang berbaring di tempat tidur pasien.
"Oh, demamnya hanya kecapaian saja Bu, tidak ada yang perlu dikuatirkan," ucap doker yang memeriksa.
"Syukurlah dok." Kini hatiku tenang!"
Lega hati Bi Kirin mendengar penjelasan dokter, Wula keponakannya hanya sakit biasa.
Dokter memberi resep obat untuk ditebus di apotik.
"Silakan Bu diambil di apotik," titah dokter. Bi Kirin dan Wulan berpamitan setelah menerima resep obat pada sehelai kertas.
"Nak, duduk di sini dulu ya, Nini mau tebus obat ke apotik," titah Bi Kirin.
Gega Bi Kirin melangkah ke apotik yang ada di samping kasir.
"Bu, silakan ke kasir dulu ya," ungkap petugas yang ada di apotik.
Jakarta, 29 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H