Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Tahun Berlalu Tanpa Kabar Berita

26 Juni 2023   21:50 Diperbarui: 26 Juni 2023   22:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

@Cerpen

TigaTahun Berlalu Tanpa Kabar Berita.

"Aku tidak akan lart dalam kesedihan, dengan usaha kusendiri akan kutunjukka aku bisa tanpa Mas, Dodi," imbuhnya dalam hati.

Senyum yang mengembang, itulah yang dilakukan Kirin saat melayani pembelinya. Tiga tahun sudah Mas Dodi tidak kembali, Kirin sudah tidak berharap lagi, dia tahu Dodi sudah senang bersama Wanita lain. Kehidupan Kirin sudah semakin mapan. Rumah mungil yang dulu pernah bersama Dodi kini sudah berubah. Dari kerja keras yang dilakukan Kirin dia berhasil merubah keadaannya. Kirin tinggal besama keponkanannya yang bernama Wulan.

"Bi. Istirhat dulu jangan terlalu letih, nanti Bibi sakit lho," Ungkap Wulan.

Wulan sangat menyayangi Bibinya. Semenjak Wulan ditinggal oleh kedua orang tuanya, Bibi Kirinlah yang merawatnya. Kecelakaan itulah yang menyebabkan Wulan menjadi anak yatim piatu. Kirin sudah dianggapnya menjadi orang tua kandungnya.

Saat kecelakaan itu Wulan berusia 9 tahun.  Dia duduk di kelas 3 SD. Kesedihan meneylimutinya, dia tidak tahu lagi kemana harus pergi dan siapaa yang merawatnya. Kejadian itu, terdengar oleh Kirin Bibinya. Akhirnya Kirin mengunjungi kakaknya, yang ternyata sudah tiada. Rasa haru bertengger di dadanya.

Saat dia sampai rumah Kakaknya, ramai sekali orang yang melawat, tangisan terdengar di dalam rumhanya. Kirin meangkah masuk terlihat dua sosok yang terbaring kaku. Wulan di samping duduk berurai air mata menagisi kepergian kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, mengapa pergi meniggalkan Wulan? Wulan seorang diri Bu...?" Tangisnya histeris.

Kirin menghampiri keponakannya lalu memeluknya erat.

"Sabar ya Nak, Ayah dan Ibu sudah tenang, Tuhan lebih mengasihi mereka," ucap Bibi dengan tangis yang tidak bisa dibendungnya.

Di pemakaman Wulan tidak beranjak dari pusara orang tuanya, dia ingin tinggal di sana. Kirin meraih Wulan dan memeluknya erat sembari mencium keningnya.

"Yuk, kita pulang, langit terlihat gelap! Sebentar lagi akan turun hujan," ibuh Bi kirin.

"Nduk, jangan sedih ya, kamu ikut Bibi" tutur Kirin menghibur Wulan keponakannya.

Wulan memeluk Bibinya erat semabari mengurai air mata.

"Bibi, terima kasih sudah mau membawa Wulan, aku janji Bi, akan menjadi anak yang baik," ungkapnya sambil memeluk erta Bibinya.

"Bibi sudah mengangapmu sebagai anak Bibi," ungkap Kirin sembari tangannya mengusap lembut rambut Wulan yang terurai.

Tiga tahun sudah berlalu, kini Wulan sudah duduk di kelas 6, kasih sayang Bibi membuatnya terhibur dan dia selalu berdoa kepada Tuhan agar Bibinya tetap sehat dan Bahagia. Wulan selalu membantu Bibinya setelah pulang sekolah. Bi Kirin selalu melarangnya, Wulan tidak pernah dibebankan pekerjaan. Namun, Wulan tidak tega melihat Bibinya terlalu letih. Wulan mengerjakan pekerjaan yang bisa dia kerjakan.

Setelah pulang sekolah, Wulan masuk ke dalam kamarnya, dan rebahan di ranjangnya. Bi Kirin merasa ada yang aneh pada keponkannya.

"Ada apa ya dengan Wulan? Tidak biasanya dia begitu, kenapa lama sekali dia di kamar," Bi Kirin bermonolog. Dia pun melaangkah menuju kamar Wulan lalu, mengetuk pintunya.

Wulan, kenapa kamu Nak? Sedari tadi Bibi lihat kamu di kamar terus?" tanya Bi Kirin. Dihampirinyaa keponakannya, lalu menjamah kening Wulan. Tersentak Bibi Kirin saat menjamah tubuh Wulan ternyata dia demam.

"Kamu demam Nak, kita ke dokter ya," ajak Kirin tanpa berlama-lama.

Jakarta, 26 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun