Seir HaidahHasibuan
Penantian di ujung Rindu-8
Penyebab Terjadinya Macet
"Wah, masih pagi jalanan sudah macet," imbuh Bu Lia cemas. Sementara Lory dan adiknya Osal asyik bermain di belakang sesekali terdengar nyanyian dan tawa mereka tidak menghiraukan kemacetan itu.
"Selamat tinggal Kota Palembang, semoga kita bisa beremu kelak," ungkap Bu Lia sambil memperbaiki duduknya. 10 km telah mereka lalui, tetiba ada kerumunan di depan mereka.
"Aduh ada kejadian apa ya Pa?" aku jadi takut. Moga-moga tidak terjadi sesuatu.
Seorang lelaki tergeletak lemah tak berdaya. Penutup tubuhnya benuh lumuran darah. Menurut saksi mata dia korban tabrak lari. "Kasihan sekali si Bapak itu, keluarganya tidak ada yang tahu. Tisak berapa lama terdengar suara sirene ambulan ditemani beberapa orang polisi.
Polisi segera menggaris sekeliling korban dengan kapur. Tidak diizinkan orang lain menyentuh tubuh lelaki yang terbaring lemah.
Usai polisi menggaris sekeliling korban, petugas rumah sakit membopong korban ke dalam mobil Ambulan. Ambulan pun melaju dengan sirenenya yang kencang meninggalkan lokasi kejadian. Kemacetan berangsur-angsur berkurang. Pak Reyhan melajukan kembali mobilnya.
"Ih, ngeri sekali laki-laki itu darahnya berceceran di jalanan, aku tidak berani melihatnya," ujar Bu Lia sambil mengeliatkan tubuhnya.
Mentari semakin meninggi, teriknya terasa menyengat kulit namun, burung-burung tetap menikmati teriknya mentari. Mereka terbang menghinggapi dahan-dahan yang rindang, sambil berkicau dengan merdunya. Tetiba Bu Lia mengeluh.
"Duh, sudah lapar nih, di mana kita berhenti Pak? tanya Bu Lia
Rasa lapar semakin terasa, rest area tak kunjung tiba. Setelah melihat kejadian yang sangat mengerikan.
"Sabar ya Ma, di depan pasti ketemu rest area," kata Pak Hery menghibur.
Pak Hery juga merasakan hal yang sama.
"Ma, apa tidak ada bekal lain buat mengganjal,"tanya Pak Hery.
"Oh, ya benar tadi adik iparkan kasih bekal buat di jalan,"gumam Bu Lia di benaknya.
 "Sebentar Pa, saya lihat dulu."kata Bu Lia sambil meraih bungkusan di bangku belakang.
Jalanan mulai sepi, mereka sudah masuk daerah hutan. Rumah penduduk tidak lagi terlihat. Rasa kuatir menghantui Bu Lia.
"Pa, sepi bangat ya, rumah penduduk tak terlihat lagi,"ungkap Bu Lia sembari bulu kuduknya merinding.
 "Sebentar juga kita ketemu rumah penduduk, tidak usah takut,"Pak Hery menimpali.
Sambil menyetir sesekali meraih snak yang ada di sampingnya.
Jakarta, 22 Mei 2023