Mentari semakin meninggi, teriknya terasa menyengat kulit namun, burung-burung tetap menikmati teriknya mentari. Mereka terbang menghinggapi dahan-dahan yang rindang, sambil berkicau dengan merdunya. Tetiba Bu Lia mengeluh.
"Duh, sudah lapar nih, di mana kita berhenti Pak? tanya Bu Lia
Rasa lapar semakin terasa, rest area tak kunjung tiba. Setelah melihat kejadian yang sangat mengerikan.
"Sabar ya Ma, di depan pasti ketemu rest area," kata Pak Hery menghibur.
Pak Hery juga merasakan hal yang sama.
"Ma, apa tidak ada bekal lain buat mengganjal,"tanya Pak Hery.
"Oh, ya benar tadi adik iparkan kasih bekal buat di jalan,"gumam Bu Lia di benaknya.
 "Sebentar Pa, saya lihat dulu."kata Bu Lia sambil meraih bungkusan di bangku belakang.
Jalanan mulai sepi, mereka sudah masuk daerah hutan. Rumah penduduk tidak lagi terlihat. Rasa kuatir menghantui Bu Lia.
"Pa, sepi bangat ya, rumah penduduk tak terlihat lagi,"ungkap Bu Lia sembari bulu kuduknya merinding.
 "Sebentar juga kita ketemu rumah penduduk, tidak usah takut,"Pak Hery menimpali.