Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Penantian di Ujung Rindu-4 Ada Bayangan

16 Mei 2023   14:09 Diperbarui: 16 Mei 2023   14:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Seir Haidah Hasibuan

Penantian di ujung Rindu-4

Ada Bayangan

Makan siang telah usai kembali mereka melanjutkan perjalanan. Pak Reyhan melajukan mobilnya. Perjalanan hari kedua masih penuh semangat. Anak-anak asyik bermain dengan mainannya. Sesekali terdengar suara tangis Osal adik Lory. Osal meraih mainan Kakaknya dengan paksa.

"Mama, adik Osal nih Ma, mainanku diambil," lapornya sambil meraih mainan yang diambil Osal. Bu Lia menasihati kedua anaknya agar tidak rebutan mainan.

Tetiba perjalanan macet. Di depan mereka antrian mobil sudah panjang, belum tahu penyebab kemacetannya. Bu Lia menelepon Mamanya di Jakarta.

"Ma, doainya ya, perjalanan macet nih, sudah empat jam," tutur Bu Lia di gawainya.

Mendengar kemacetan itu, mamanya di Jakarta merasa sedih dan kuatir.

"Duh, kasihan cucuku pasti mereka sudah bosan," gumam nenek di benaknya.

"Gimana cucu Lory dan Osal nangis tidak? Tanya ibunya resah.

"Mereka tidur Ma, tadi mereka banyak makannya," balas Bu Lia kepada mamanya.

Nenek merasa lega saat tahu kedua cucunya tertidur pulas. Malam semakin larut, bulan pun tak muncul menerangi kegelapan malam. Sepanjang jalan tidak terlihat lampu jalan. Suara jangkrik bersahut-sahutan di malam itu.

Antrian memanjang seperti ular. Trdengar klakson mobil bersahut-sahutan. Lebih kurang 10 jam kemacetan yang mereka alami. Rumah penduduk pun jarang terlihat. Sembari berjalan mereka mencari penginapan atau hotel namun tidak ada.

Akhirnya Bu Lia sekeluarga beristirahat di dalam mobil. Mereka parkir di depan rumah penduduk setelah melewati kemacetan. Hotel yang masih jauh dari tempat mereka berhenti.

"Pak, bagaimana kita! apa tidak bahaya kita menginap?" tanya Bu Lia resah.

Rasa kuatir merajai benak Bu Lia saat mereka istirahat di halaman rumah desa yang mereka belum kenal. Gelapnya malam sekitar pujul 01. 00. Tidak ada pilihan lain kecuali menginap di mobil yang diparkir di perkampungan.

Konon kisahnya banyak terjadi perampokan di tengah hutan. Berserah kepada Tuhan Yang Kuasa itulah yang mereka lakukan.

Macetnya perjalanan membuat mereka sangat kelelahan hingga Pak Reyhan dan Bu Lia tidak kuat lagi menahan kantuknya. Mereka pun lelap dalam tidurnya. Hembusan angin malam menemani tidur mereka. 

"Kukuruyuk," bunyi ayam Jago membangunkan Bu Lia dari mimpinya.

 

"Oh, ternyata sudah pagi, syukurlah," ucap Bu Lia.

 

Lantunan doa pun terucap di bibirnya.

 

"Pak, sudah pagi ayo bangun," Bu Lia membangunkan Pak Reyhan suaminya.

 

Tetiba ada bayangan dari kaca mobil. Beberapa orang laki-laki menghampiri mobil mereka.

 

 

Jakarta, 16 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun