" Iya! Kamu kan Cuma makan ayam goreng. "
" Ya udah deh masuk aja. "
Tenda kecil dengan 1 anak gadis yang tangannya sibuk memotong-motong tahu dan bakso, menjadi pemandangan pertamaku. Itulah moment dimana aku bertemu Neisya pertama kali. 1 lembar menu yang di laminating rapi dan meja bersih tanpa bekas minyak sedikit pun, sudah ada didepan mata.
"Mbak, aku pesen batagor 2 sama es dengan.. eee… ", Melanie masih ragu-ragu.
" Disini nggak Cuma ada es degan kok. Ada es campur, es buah, sup buah sama es teller. Oh! Ada es soda gembira!! ", jawabnya dengan senyum kecil serta logat Jakarta yang masih kental. Tidak ada logat medok sama sekali. Bukan orang Jateng-Jatim-Jogja pastinya.
" Kalo gitu aku pesen es teller aja. Kamu apa, Don? "
" Ehh bentar! Kamu barusan pesen batagor 2 porsi buat kamu sendiri atau sama aku? "
" Sama kamu. "
" Kalo gitu batagornya yang 1 diganti kentang goreng keju sama es soda gembira. "
" SIAP! "
Tangannya lincah menyiapkan 2 piring dan 2 mangkok putih. 10 menit kemudian 3 pesanan sudah disajikan, tinggal es tellerku yang belum tersaji di atas meja.