Mohon tunggu...
Sefri Ton
Sefri Ton Mohon Tunggu... Penulis - Sang Pujangga

Suka jalan, suka nulis, suka nyanyi, suka main bola, suka hati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perilaku Flexing: Antara Pamer Harta dan Harga Diri di Media Sosial

14 Maret 2023   19:50 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:55 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self-esteem

Self-esteem atau harga diri merupakan memperlakukan diri dan memberi harga untuk diri sendiri. Harga diri juga bisa dikatakan sikap yang dilakukan dalam menggambarkan cara  individu menghargai dirinya sendiri sebagai individu baik dalam kemampuan, nilai, dan kompetensi. Orang yang lebih menghargai dirinya bisa ditunjukan dengan sikap mandiri, bersifat terbuka dan lebih realistis dalam berbagai situasi. 

Pribadi semacam ini sudah dikatakan oleh Mary H. Guindon bahwa pribadi ini memiliki Self-esteem yang tinggi. Sementara orang dengan nilai self-esteem yang rendah cenderung emosi atau terganggu dengan kritikan. 

Orang yang memiliki nilai self-esteem rendah akan bersikap lebih hati-hati, protektif, dan konservatif. Pribadi ini kecenderungan rentan atau mudah depresi/stres, mudah terpengaruh menggunakan narkoba, dan bahkan cenderung melakukan kekerasan. Orang yang memiliki nilai self-esteem rendah lebih banyak mengeluh dan tidak merasa bahagia. 

Berbeda dengan yang memiliki nilai self-esteem yang tinggi selalu beruntung, selalu berpersepsi yang akurat dan bisa dibenarkan apabila berhubungan dengan martabat pribadi, keberhasilannya. Namun self-esteem yang tinggi juga bisa membuat dirinya sombong, merasa lebih baik dari orang lain dengan sikap tidak mendasar.

Self-esteem atau penghargaan diri yang tinggi dapat menimbulkan kecenderungan perilaku yang ingin memuaskan diri dan orang lain. Hal ini dianggap "baik" oleh yang bersangkutan. Semakin tingginya self-esteem individu, dapat menarik individu lain untuk tertarik padanya. Namun umpan balik dari orang lain merupakan proses komunikasi dan reaksi akibat komunikasi. Hal ini menandakan adanya perilaku pribadi atau sebaliknya bisa menimbulkan hubungan keduanya.

Baca Juga: Motivasi Belajar Mahasiswa, 6 Faktor Penyebabnya

Faktor Yang Mendukung Perilaku Flexing

Tindakan pamer yang biasa dilakukan dimedsos sebenarnya menjadi target utama dalam konten. Hal ini juga dikarenakan dalam medsos terdapat fitur-fitur reaksi dan kolom komentar sehingga penonton atau followers dapat memberikan tanggapannya. 

Tanggapan dari memberikan masyarakat ini dapat memberikan keuntungan bagi influerser. Respon masyarakat khususnya di medsos, menjadi alasan timbulnya atau meningkatkan perilaku flexing.

Usaha Pengendalian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun