Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Guru Budi dan Perilaku Agresif Remaja

3 Februari 2018   11:35 Diperbarui: 3 Februari 2018   11:49 2595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor paling utama adalah pola asuh dalam keluarga. Bagaimana menanamkan nilai-nilai, latihan ketrampilan cara mengelola emosi, ketrampilan cara mengelola stres dengan efektif, maupun ketrampilan dalam menyelesaikan masalah yang ia pelajari dari interaksi dalam keluarga, yang melibatkan pola asuh maupun lingkungan pendidikan terdekat. Orang tua yang mencontohkan perilaku agresif (mudah marah, memukul, mencubit atau berbicara kasar), akan ditiru oleh anak dikemudian hari. Selain itu pola asuh yang tidak konsisten, permissive (tunduk pada anak), mengabaikan anak, dan suka menuntut anak, dapat menyebabkan anak berperilaku agresif.

Apa solusinya agar tidak ada lagi remaja-remaja seperti HI di kemudian hari?

Lebih lanjut Mellisa Grace, M.Psi., Psikolog, menjelaskan cara menghadapi perilaku agresif pada remaja atau anak adalah cari tau terlebih dahulu penyebab remaja melakukan perilaku agresif. Jika perlu libatkan bantuan profesional yaitu psikolog atau psikiater.

Jika penyebabnya adalah faktor biologis, maka remaja tersebut memerlukan treatment medis atau obat dari psikiater untuk menstabilisasi hormon yang mengatur emosi.

Jika penyebabnya adalah faktor lingkungan, maka orangtua dapat membatasi akses terhadap tayangan, tontonan ataupun pergaulan yang memicu atau mencontohkan agresivitas. Berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk menerapkan aturan yang tegas, konsisten dan disiplin. Lebih membangun kedekatan emosi dengan anak, seperti lebih sering mengobrol bersama, lebih sering bertanya tentang bagaimana perasaan atau pengalaman anak.

Jika penyebabnya adalah faktor pola asuh, maka orangtua dapat memberikan contoh (modelling) perilaku yang tepat. Jangan justru memukul, memarahi dengan kata kasar atau menggunakan perilaku agresif lainnya untuk menghentikan perilaku anak, karena hal itu akan justru semakin mengajarkan anak untuk menggunakan agresivitas dalam mencapai tujuan. Orangtua perlu berkomunikasi dengan anak mengenai perilaku apa yang boleh dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan.

Jika anak tetap melakukan perilaku agresif maka berikan time out agar ia berpikir tentang perilakunya, lalu berikan konsekuensi atas perilaku agresifnya. Konsekuensi bukan berupa omelan dan kekerasan, melainkan mengurangi atau meniadakan hal-hal yang menjadi kegemaran anak.

Berikan alternatif perilaku untuk mengekspresikan emosinya, yaitu dengan cara berkomunikasi secara asertif atau mengekspresikan emosinya melalui kegiatan olah raga, seni, dan hal-hal positif lainnya. Saat ia berhasil mengendalikan dorongannya untuk melakukan perilaku agresifnya, orangtua memberikan penguatan yang berupa pujian yang tulus.

Namun, jika penyebabnya adalah perpaduan dari tiga faktor tersebut maka penanganan yang dapat digunakan adalah kombinasi dari ketiganya.

"Guru Budi berpulang dipukuli muridnya sendiri. Hormat murid kepada guru tak seperti dulu lagi. Generasi kini seperti tak berjiwa karena matinya budi pekerti. Semoga tragedi Guru Budi kelak tidak terulang kembali."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun