Â
Selain itu, warga disana menyampaikan bahwa ketiadaan palang penutup sudah berulang kali disampaikan kepada pihak terkait, namun belum ada tindakan konkret untuk memasang alat keselamatan. Perlintasan tersebut hanya diberi tanda sederhana seperti alarm.
Â
Pihak keluarga dan masyarakat sekitar juga mempertanyakan tanggung jawab pihak terkait yang seharusnya mengutamakan keselamatan di lokasi tersebut. Menurut mereka, ketiadaan palang penutup di perlintasan kawasan tersebut menunjukkan adanya kelalaian dalam menjaga keselematan warga yang melintas.
Â
"Ini bukan perlintasan yang aman. Kalau enggak ada palang gini orang-orang juga yang mau melintas cuman bisa berharap enggak ada kereta yang lewat secara tiba-tiba," ujar istri korban.
Â
Lebih dari itu, pihak keluarga korban menyayangkan kurangnya langkah pencegahan di perlintasan tersebut. Mereka menyatakan bahwa kematian korban (SA) seharusnya bisa dihindari jika ada sistem peringatan yang memadai di perlintasan tersebut. "Saya tidak tahu apakah ini emang kesalahan dari suami saya yang ceroboh atau bagaimana, tapi saya yakin suami saya orang yang sangat berhati-hati. Dan pada saat itu, ketika saya datang ke lokasi kejadian dan mengetahui bahwa di lokasi tersebut tidak adanya palang atau pembatas antara kereta dengan jalur kendaraan biasa, ini sama aja dengan menjerumuskan suami saya ke jalan yang berbahaya. Enggak cuman almarhum suami saya aja, tetapi pastinya buat pengguna jalan yang lainnya," ujar istri korban. (29/10/2024)
Â
Kejadian ini memicu tuntutan dari berbagai pihak, termasuk keluarga korban dan masyarakat sekitar, untuk segera memasang palang penutup di perlintasan tersebut. Mereka berharap pihak terkait dapat bertindak cepat untuk menghindari adanya korban selanjutnya. Selain itu, pihak keluarga korban (SA) juga menuntut adanya penyelidikan untuk memastikan bahwa ketiadaan palang ini tidak lagi terabaikan.
Â