Mohon tunggu...
Seenlyy
Seenlyy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis/Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Universitas Komputer Indonesia. Saya disuruh menulis berbagai bentuk artikel dan berbagai cerita disini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

QRIS di Area Parkir, Praktis tapi Apakah Benar-Benar Menguntungkan?

16 Oktober 2024   15:49 Diperbarui: 16 Oktober 2024   16:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, 13 Oktober 2024 - Dengan kemajuan teknologi, berbagai tempat mulai menerapkan system pembayaran menggunakan QRIS. Mulai dari restoran, kafe, hingga pedagang kaki lima, metode pembayaran ini semakin umum digunakan. 

Tidak hanya untuk transaksi jual-beli, kini pembayaran parkir kendaraan, baik mobil maupun motor, juga bisa dilakukan melalui QRIS.

Salah satu contohnya dapat ditemukan di Kota Bandung, tepatnya di Pasar Cikapundung (Jalan Cikapundung Barat). Di Lokasi ini, sistem pembayaran parkir dengan QRIS telah diterapkan, memudahkan para pengguna kendaraan untuk membayar secara digital. Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan uang tunai dan mempercepat proses pembayaran parkir.

Meskipun dianggap praktis, penerapan pembayaran parkir menggunakan QRIS menimbulkan sejumlah pertanyaan di kalangan pengguna dan petugas parkir di Pasar Cikapundung, Kota Bandung. 

Sistem ini baru disosialisasikan dan diterapkan sekitar satu minggu terakhir dari Dinas Perhubungan kepada para petugas parkir yang bekerja di lahan parkir yang dikelola oleh pemerintah. Petugas parkir yang sudah menerapkan sistem pembayaran menggunakan QRIS di Pasar Cikapundung, Kota Bandung, kini tampil dengan seragam khusus.

 Mereka mengenakan seragam bewarna biru dari Dinas Perhubungan, dilengkapi dengan rompi yang pada bagian belakangnya terdapat kode QR yang siap dipindai oleh pengguna. Selain itu, petugas juga dilengkapi dengan lanyard yang menggantungkan kode QR tambahan untuk memudahkan pembayaran.

Beberapa pedagang dan pembeli di Pasar Cikapundung merasa terbebani dengan kebijakan ini. 

Mereka, yang merupakan pelanggan setia di pasar tersebut, mengaku merasa aneh jika diwajibkan membayar parkir menggunakan QRIS, terutama ketika tidak membawa uang tunai. Bagi mereka, sistem pembayaran tunai telah menjadi kebiasaan, sehingga peralihan ke pembayaran digital dirasa kurang fleksibel.

Kebijakan baru mengenai pembayaran parkir melalui QRIS di Pasar Cikapundung menimbulkan beragam tanggapan di kalangan masyarakat. Di satu sisi, sistem ini dianggap memudahkan dan mempercepat transaksi. Namun, di sisi lain, masih ada pengguna dan petugas parkir yang merasa canggung dengan penerapan aturan baru tersebut.

Salah satu petugas parkir di Pasar Cikapundung, Bapak Engkus, mengungkapkan pendapatnya mengenai kebijakan ini. "Kebanyakan orang-orang masih membayar secara tunai, karena yang sering parkir di sini adalah warga yang sering ke pasar.

 Saya juga sudah kenal dengan mereka, jadi terkadang saya merasa tidak enak jika harus meminta mereka membayar parkir dengan QRIS," ujarnya.

Bapak Engkus juga menambahkan bahwa sebelum adanya kebijakan ini, pembayaran parkir lebih fleksibel. "Biasanya kalau mau bayar, ya bayar, kalau nggak juga nggak masalah.

 Tapi karena ini kebijakan dari atasan, dan uang yang masuk melalui QRIS ini langsung masuk ke data Dinas Perhubungan, jadi saya sebagai petugas biasa mau tidak mau harus menjalankannya, meskipun terkadang ada rasa nggak enak ke pelanggan yang sering datang ke sini," katanya.

Meski begitu, Bapak Engkus mengakui bahwa aturan ini lebih mudah diterapkan pada akhir pekan, ketika banyak pengunjung baru yang parkir di area tersebut. "Kecuali di hari weekend, karena banyak orang luar yang suka menumpang parkir di sini," tambahnya.

Jika dikaitkan dengan untung atau tidak, menurut Bapak Engkus, kebijakan pembayaran parkir melalui QRIS tidak sepenuhnya menguntungkan bagi petugas parkir. 

Ia mengungkapkan bahwa jika kebijakan ini diterapkan sepenuhnya, para petugas akan kesulitan memiliki uang simpanan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum. Hal ini disebabkan karena uang yang dibayarkan melalui QRIS langsung masuk ke Dinas Perhubungan, sehingga petugas parkir tidak memegang uang tunai sama sekali.

"Sejujurnya, lebih enak bayar dengan tunai. Secara pribadi saya merasa sedikit dirugikan dengan pembayaran QRIS. Soalnya kalau bayar lewat QRIS, uangnya langsung masuk ke kantor, bukan ke rekening saya. 

Jadi, saya nggak ada pegangan uang buat makan, minum, atau rokok. Kalau bayar cash kan saya ada pegangan buat makan, minum, dan sebagainya," ujar Bapak Engkus.  (Bandung, 13 Oktober 2024)

Kebijakan pembayaran parkir melalui QRIS di Pasar Cikapundung terus menuai pro dan kontra di kalangan pengguna dan petugas parkir. Meskipun memberikan kemudahan dalam transaksi, masih banyak yang merasa perlu adanya penyesuaian lebih lanjut agar kebijakan ini benar-benar menguntungkan semua pihak.

 Bagaiman pun, seiring perkembangan teknologi, adaptasi sistem pembayaran digital akan terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun