Bapak Engkus juga menambahkan bahwa sebelum adanya kebijakan ini, pembayaran parkir lebih fleksibel. "Biasanya kalau mau bayar, ya bayar, kalau nggak juga nggak masalah.
 Tapi karena ini kebijakan dari atasan, dan uang yang masuk melalui QRIS ini langsung masuk ke data Dinas Perhubungan, jadi saya sebagai petugas biasa mau tidak mau harus menjalankannya, meskipun terkadang ada rasa nggak enak ke pelanggan yang sering datang ke sini," katanya.
Meski begitu, Bapak Engkus mengakui bahwa aturan ini lebih mudah diterapkan pada akhir pekan, ketika banyak pengunjung baru yang parkir di area tersebut. "Kecuali di hari weekend, karena banyak orang luar yang suka menumpang parkir di sini," tambahnya.
Jika dikaitkan dengan untung atau tidak, menurut Bapak Engkus, kebijakan pembayaran parkir melalui QRIS tidak sepenuhnya menguntungkan bagi petugas parkir.Â
Ia mengungkapkan bahwa jika kebijakan ini diterapkan sepenuhnya, para petugas akan kesulitan memiliki uang simpanan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum. Hal ini disebabkan karena uang yang dibayarkan melalui QRIS langsung masuk ke Dinas Perhubungan, sehingga petugas parkir tidak memegang uang tunai sama sekali.
"Sejujurnya, lebih enak bayar dengan tunai. Secara pribadi saya merasa sedikit dirugikan dengan pembayaran QRIS. Soalnya kalau bayar lewat QRIS, uangnya langsung masuk ke kantor, bukan ke rekening saya.Â
Jadi, saya nggak ada pegangan uang buat makan, minum, atau rokok. Kalau bayar cash kan saya ada pegangan buat makan, minum, dan sebagainya," ujar Bapak Engkus. Â (Bandung, 13 Oktober 2024)
Kebijakan pembayaran parkir melalui QRIS di Pasar Cikapundung terus menuai pro dan kontra di kalangan pengguna dan petugas parkir. Meskipun memberikan kemudahan dalam transaksi, masih banyak yang merasa perlu adanya penyesuaian lebih lanjut agar kebijakan ini benar-benar menguntungkan semua pihak.
 Bagaiman pun, seiring perkembangan teknologi, adaptasi sistem pembayaran digital akan terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H