Dengan terpilihnya anaknya apakah selesai?. Ternyata tidak juga. Melalui cara yang hampir serupa sang penguasa berusaha memajukan anak keduanya yang belum cukup umur, untuk maju dalam proses pemilihan kepala daerah. Utuk sementara upaya ini gagal. Karena rakyat yang sering dia katakana puas dengan kinerjanya, ternyata memilih turun ke jalan menetang upaya tersebut.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan sang kepala negara, kita bisa menduga mereka sekeluarga telah mengidap narsisme politik. Menganggap hanya keluarganya yang bisa mengurus negara, keluarganya adalah keluarga terbaik sehingga semua harus jadi pejabat, dari anak, menantu, mungkin nanti juga cucunya.
Tapi, jangan-jangan, sebagaian besar orang yang memperoleh kekuasaan akan mengidap gangguan narsisme dari taraf ringan sampai akut?. Termasuk yang menulis artikel ini juga?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H