Mohon tunggu...
Muhammad Wahdini
Muhammad Wahdini Mohon Tunggu... Buruh - pembelajar

.....

Selanjutnya

Tutup

Money

Menilik Usaha C7, Sablon Kaos Sehari Jadi di Balikpapan

8 Desember 2018   14:34 Diperbarui: 8 Desember 2018   14:45 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beberapa orderan yang dikerjakan c7

Sebuah informasi muncul di gawai saya sekira sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 12 November 2018, tertulis:

"selamat kepada tim yang startup yang berhasil lolos ke tahap Demo Day di Jakarta.  Tahap dimana kalian akan dipertemukan dengan inkubator, akselerator, investor, dan media untuk kalian promosikan startup kalian di tingkat nasional. Segera persiapkan pitching, dan kelengkapan promosi yang menarik!"

"ini beneran?" tanya saya kepada Inne, istri saya. Ia mengangguk pelan dan tersenyum simpul.

"Alhamdulillah" ujar kami berbarengan, dan langsung menghubungi dua anggota dalam tim untuk mengabarkan kabar baik ini. Siapa yang menyangka, sebuah masalah dan ide kecil membuat kami berempat mendapat kesempatan untuk bicara pada skala nasional.

Tunggu dulu, ini emang lagi  ngomongin apaan, sih?

jadi cerita begini, sekira dua bulan yang lalu, kami (Inne, Yusna, Bejo, dan saya) mengikuti sebuah acara yang diadakan oleh sebuah Badan Nasional yang mengurusi soal Ekonomi Kreatif. temanya soal membangun Start-Up atau sederhananya usaha rintisan berbasis digital. acaranya dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Balikpapan selama dua hari.

Pada hari pertama, Inne datang sendiri dan katanya di dalam ballroom hotel tersebut banyak anak-anak muda yang semangat belajar bagaimana merintis dan membangun usaha. Di hari kedua, saya penasaran ikut acara ini, dan benar saja, ada sekira 30 orang anak muda yang antusias mendengarkan setiap pemaparan dari mentor soal bisnis rintisan.

img-20181208-wa0014-5c0b6ca0c112fe760456da02.jpg
img-20181208-wa0014-5c0b6ca0c112fe760456da02.jpg
Salah satu mentor menjelaskan bahwa di era digitalisasi, siapa yang merespon perubahan, dia yang akan bisa bertahan, apalagi pangsa pasar pengguna internet di Indonesia begitu besar, begitu pula prospek bisnis yang berbasis digital akan meningkat di era mendatang ditandai dengan era industri 4.0 yang meniscayakan IoT (Internet of Thing) dalam setiap sendi kehidupan.     

Tapi persoalannya, kami bukan pebisnis, dan sangat awam di dunia programming/coding, dua hal yang setidaknya menjadi alasan kuat bagi kami untuk berhenti di awal dan fokus pada hal lain.

Namun, setelah mengikuti acara ini, persepsi diatas lantas buyar, para peserta tidak langsung dihadapkan oleh persoalan teknis soal membuat program aplikasi tetapi lebih mendasar lagi, soal masalah yang ada dan tawaran solusi yang diberikan atas solusi itu, walaupun baru berbentuk ide.

Lalu apa masalahnya?

Selama dua tahun terakhir, Inne dan Yusna mengelola taman baca secara swadaya di Pasar Tradisional Klandasan, Namanya Pena dan Buku. Selama dua tahun, koleksi buku di Pena dan Buku terus bertambah yang didapatkan dari para donatur. Namun disisi lain, selama ini biaya operasional sewa kaos masih dibiayai dari kocek pribadi, yang artinya keberlanjutan operasional kios amat sangat rentan. Hal ini juga yang menjadi masalah klasik bagi taman baca masyarakat.

Masalah lain adalah soal harga buku. harga buku di Luar Jawa, khususnya di Balikpapan tergolong mahal bila dibandingkan di pulau jawa, pun bila membeli via online, ongkos kirim juga  tidak murah.

Dari dua masalah ini, tercetus ide untuk membuat kanal berbagi buku melalui sistem sewa yang menghubungkan antara pencari buku dan pemilik buku yang pada akhirnya bisa memberdayakaan taman baca masyarakat.

Kanal berbagi buku melalu sistem sewa ini bernama Sebuku. Pada awalnya baru berbentuk ide sampai akhirnya kita dibantu oleh Agus Bejo yang membangun aplikasi berbasis web, dan menerjemahkan ide ini pada tatanan aksi.

Nah, singkat cerita, Sebuku terpilih menjadi Terbaik I dan berkesempatan melakukan pitching (presentasi) di jakarta.

Tapi persoalan lain muncul, selain menyiapkan pitching, kami juga diwajibkan untuk menyiapkan sarana promosi seperti kartu nama, flyer, brosur, banner untuk kebutuhan stand booth, dan waktu yang tersisa hanya 2 hari.

Bayangin aja, dengan waktu yang terbatas kami harus putar otak mencari sarana promosi yang efektif dan juga murah, maklum saja biaya tersebut harus kami siapkan sendiri.  Flyer sepertinya bukan jadi pilihan, terlebih saat ini orang lebih aware dengan postingan digital seperti e-poster, sedangkan banner dan kartu nama bisa kami buat di percetakan di Jakarta, tapi masih ada yang kurang, kami pengen buat brand Sebuku yang mudah dilihat, dan pilihannya adalah Kaos.

Tapi apa bisa bikin kaos dengan desain custom yang bisa jadi sehari? Dan pertanyaan lanjutannya, kalaupun ada, biayanya murah, gak?

Setelah googling, dua pertanyaan itu tidak bisa dijawab mudah, karena yang terbatas/limited biasanya tidak bisa cepat dan mahal, dan yang murah biasanya harus dibuat massal untuk menekan biaya operasional.

Ditengah kegalauan, baru teringat salah seorang teman yang baru merintis usaha Sablon kaos, Namanya Sindhu.

Kucoba hubungi via WA.  

"Bro, mau tanya, bisa pesen kaos satuan kah? Tapi bisa jadi sehari?"

"Bisa banget, kirimin aja desainnya via WA, kutunggu ya"

Wah, mantap bener nih, tapi saya gak langsung seneng, masih ada pertanyaan kunci

"harganya berapaan, bro?" tanya saya pakai emot nyengir

"Degh"...

Sindhu mengetikkan angka, dan boleh percaya atau tidak, harganya amat sangat terjangkau bila dibandingkan dengan yang lain.

Semua aktifitas pemesanan dikirimkan melalui pesan WA, berikut juga desainnya, dan Sindhu juga memberikan pilihan desain alternatif agar tampil lebih menarik. Dan untuk jasa desain tidak berbayar alias gratis.

beberapa orderan yang dikerjakan c7
beberapa orderan yang dikerjakan c7
Awalnya saya skeptis, apakah harga yang murah berbanding lurus dengan rendahnya kualitas kaos dan sablonan, sampai akhirnya Shindu membawa kaos hasil sablonannya ke rumah.

"Wah, bagus banget, Bro!, dirimu bener-bener penyelamat, dah" teriak saya.

"ya memang kerjaannya, kan, sablon kaos, bro" ujarnya berusaha merendah.

"tapi tunggu dulu, kamu kesini trus toko siapa yang jaga?" tanya saya.

"ya tutup dulu, makanya gak bisa lama-lama ditinggal"

"Waduh, berabe juga ya, kenapa gak pakai jasa kurir aja? Biar efektif"

"Emang ada jasa kurir dalam kota?" tanya dia

"Wah, kuper nih, coba deh ke JNE, ada namanya layanan Intracity 4 Jam, yaitu pengiriman dalam satu kota maksimal 4 jam, dan memungkinkan barang dibayar ditempat." ujar saya.

"Wiuh, mantap, aku biasa sih pakai jasa JNE tapi untuk pengiman barang ke luar kota, baru tau kalau ada pengiriman dalam kota, makasih banyak infonya, bro" katanya senang.

Sindhu merintis usaha sejak 5 tahun yang lalu. setelah lulus sarjana jurusan desain grafis di Yogyakarta, ia memulai kerja sebagai animator di salah satu rumah produksi ternama di Jakarta. Disamping itu, ia juga nyambi menjadi desain grafis freelancer dari situs-situs jasa pembuatan desain. Setelah sekian lama berkutat di Ibukota, muncul keinginan untuk membuka usaha sendiri. Ia lantas pulang ke Balikpapan.

Usahanya dinamai C7 atau dibaca secara terpeleset menjadi Ci Tujuh atau  Setuju. Sindhu punya alasan tersendiri mencantumkan nama itu. bukan  karena fans Cristiano Ronaldo tetapi lebih ke harapan setuju yang  artinya setiap klien yang memberikan order kepadanya harapannya akan  setuju atas hasil pekerjaannya. "tidak ada yang lebih membahagiakan  ketika melihat klien puas atas hasil pekerjaanku" ujarnya sembari  tersenyum lepas.

Pada awalnya usaha yang dibangun tidak berkaitan dengan desain grafis dan cetak sablon, tetapi ke penjualan alat tulis kantor dan usaha fotokopi. Ekosistem kebutuhan desain grafis dan animasi tidak seramai seperti di Jakarta. Sindhu pelan-pelan harus melihat pangsa pasar sembari membangun ketertarikan soal desain grafis dengan membuka kursus animasi dan desain grafis.

Di toko yang berukuran 25 meter persegi, semua order sebagian besar dikerjakan sendiri, dan ini yang membuat ongkos produksi bisa ditekan seefisien mungkin tapi tetap menjaga keberlangsungan usaha.

Tempat Usaha C7 di bilangan MT. Haryono, Balikpapan
Tempat Usaha C7 di bilangan MT. Haryono, Balikpapan
tempat Workshop Sablon kaos C7
tempat Workshop Sablon kaos C7
perlengkapan alat sablon C7
perlengkapan alat sablon C7
Di era sekarang, melalui aplikasi, orang bisa mudah membandingkan harga satu dengan yang lain, tetapi membangun hubungan baik dengan customer tidak cukup soal asal murah tetapi satu paket dengan kebutuhan jasa desainnya. Karena itu Sindhu tidak memberikan biaya tambahan untuk jasa desain.

Sindhu dengan C7 menjadi bukti bahwa kekuatan keberlangsungan usaha, sekalipun di skala UMKM dilihat dari sejauh mana ia bisa merespon perubahan, baik dari segi pangsa pasar dan perilaku konsumen serba ingin cepat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun