Tepat pada 2014, impian Ustadz Noor mengunjungi kota suci tersampaikan. Bersama istrinya, ia pergi dan berdoa di Raudhah, menyaksikan keindahan Raudhah yang diceritakan gurunya semasa sekolah dasar, juga tentang harapan dan impiannya membuat keinginan Sang Ibu menjadi kenyataan. Pontang-panting ia lakukan, bertemu dengan orang-orang yang tidak disangkanya di tengah jalan, serta dipertemukan dengan orang-orang yang bergelut di bidang bahasa dan sastra Jepang di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
"Saya ini nekat aja tidak punya kenalan, terus ditunjukan untuk ketemu ini-itu. Saya biasa makan di kantin fakultas bahasa UGM itu dan tanya-tanya ke mahasiswa, saya minta tolong nerjemahin," terang Ustadz Noor, pendiri Pendidikan Al-Qur'an Nitikan (PAN) pada 1992.
Setelah mengerjakan metode baca Al-Qur'an A-I-U Houhou berbahasa Jepang dan Korea, kakek dua cucu ini juga bercita-cita menerjemahkannya dalam bahasa Mandarin, Perancis, dan Jerman. Bismillaah, dua bendel buku A-I-U Houhou berbahasa Jepang dan Korea pun segera akan dikirim untuk dikaji jaringan Muslim Indonesia di Jepang sebelum disebarluaskan. Insya Allah, ikhtiar Ustadz Noor bisa menjadi salah satu jalan mendakwahkan Al-Qur'an juga Tahfidzul Qur'an untuk masyarakat Muslim yang lebih luas. Aamiin. Mabruk![]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H