Mohon tunggu...
Sechudin
Sechudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - #wartaklasik

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pesta Demokrasi dan Medsos

22 April 2019   09:31 Diperbarui: 22 April 2019   09:38 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tanggal 17 April 2019 nanti bangsa Indonesia akan menyambut pesta besar yaitu pesta Demokrasi, kegiatan ini bukanlah yang pertama kali di selenggarakan oleh Negara Kesatuan Rebublik Indonesia, pesta ini merupakan agenda rutin setiap 5 tahun sekali. Jika dihitung dari usia negara yang sudah masuk ke 73 tahun pada tanggal 17 Agustus 2019, maka pesta demokrasi ini sudah berulang kali diselenggarakan.

Pesta adalah identik dengan perayaan yang menggembirakan, tempat bersenang-senang dan tempat untuk berinteraksi sosial dengan berbagai kalangan masyarakat, area untuk saling bertukar senyum dan tawa ceria. 

Semoga dipesta Demokrasi Bangsa yang besar ini akan membawa angin sejuk, membawa keceriaan dan kebersamaan yang kokoh bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kesuksesan dan keberhasilan pesta demokrasi ini tidak hanya di tangan pemerintah sebagai penyelenggara pesta demokrasi tapi rakyat juga memegang peranan penting dan bertanggungjawab penuh untuk berpartisipasi ikut mensukseskan jalanya pesta demokrasi tersebut.

Definisi kesuksesan dan keberhasilan demokrasi ini salah satunya adalah kebahagiaan dan keceriaan bagi seuruh rakyat indonesia, bukan individu atau golongan. 

Kebahagian dan keceriaan ini memang kata yang mudah dan ringan diucapkan tapi kenyataannya kita sangat kesulitan untuk mengimplementasikan hal tersebut, dan tantangan kita yang terbesar pada saat ini adalah media sosial dan hoax. 

Media sosial yang seharusnya digunakan untuk sarana dan fasilitas mensukseskan jalanya pesta demokrasi tapi kenyatannya adalah sebaliknya.

Media sosial pada akhir-akhir ini menjelang pesta demokrasi lebih banyak digunakan untuk saling cekam, saling membodohkan dan saling menjelekan, seakan-akan kandidat pasangan calon dalam pesta demokrasi tahun ini yang tidak didukungnya tidak mempunyai kebaikan sama sekali. Dan sebaliknya bagi pasangan calon yang didukunganya seakan manusia maksum yang tidak mempunyai celah dan salah.

Jika demikian halnya, maka ini suatu kebodohan dan kemunduran tidak hanya dalam bidang demokrasi dan politik, tapi ini juga merupakan kegagalan dalam bidang pendidikan, karena ini sebagai bukti bahwa pendidikan belum mampu membendung banjirnya berita bohong. 

Walaupun demikian halnya, kita tidak boleh saling menyalahkan tapi kita saling sinergi membenahi diri ikut serta menanggulangi dan mengantisipasi semakin membuminya wabah tersebut.

Karena pada hakekatnya menyebar hoax dan ujaran kebencian tidak akan membuat mulia siapapun tapi sebaliknya akan menghinakan diri sendiri, kalaupun tampak mulia itu adalah fatamorgana. Dan itu menunjukan betapa kurangnya kita, betapa rendahnya kita.

Salah satu jalan yang harus kita tempuh antara lain, kita harus cerdas dan selektif dalam bermedia sosial, selain itu kita juga harus memantau anak-anak kita, keluarga kita agar berhati-hati dalam menggunakan telfon pintar. Selain itu kita juga harus aktif memberikan wawasan tentang bahaya menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian dan hoax dari segi sosial dan agama.

Mudah-mudahan pesta demokrasi pada tahun ini benar-benar pesta dalam arti yang sesungguhnya, rakyat Ikut bersorak-sorak gembira tidak saling memaki dan dengki. Siapapun yang terpilih nanti sebagai pemimpin negeri ini dan sebagai wakil kita di parlemen itulah yang terbaik. 

Semoga para pemimpin kita amanah dan mampu memimpin negeri ini menuju peradaban yang lebih maju dan benar-benar menjadi penerus para pejuang pendahulunya menuju indonesia raya yang adil dan makmur.

Dan kemenangan yang paling utama dalam  pesta demokrasi ini adalah bukan siapa yang menang dan kalah tapi kemenangan sejatinya adalah seluruh rakyat Indonesia semakin kompak, bersatu padu, saling hormat menghormati dan menghargai dalam kebinekaan, tidak ada perpecahaan dan saling menyalahkan. NKRI adalah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun