Tanggal 17 April 2019 nanti bangsa Indonesia akan menyambut pesta besar yaitu pesta Demokrasi, kegiatan ini bukanlah yang pertama kali di selenggarakan oleh Negara Kesatuan Rebublik Indonesia, pesta ini merupakan agenda rutin setiap 5 tahun sekali. Jika dihitung dari usia negara yang sudah masuk ke 73 tahun pada tanggal 17 Agustus 2019, maka pesta demokrasi ini sudah berulang kali diselenggarakan.
Pesta adalah identik dengan perayaan yang menggembirakan, tempat bersenang-senang dan tempat untuk berinteraksi sosial dengan berbagai kalangan masyarakat, area untuk saling bertukar senyum dan tawa ceria.Â
Semoga dipesta Demokrasi Bangsa yang besar ini akan membawa angin sejuk, membawa keceriaan dan kebersamaan yang kokoh bagi seluruh lapisan masyarakat.
Kesuksesan dan keberhasilan pesta demokrasi ini tidak hanya di tangan pemerintah sebagai penyelenggara pesta demokrasi tapi rakyat juga memegang peranan penting dan bertanggungjawab penuh untuk berpartisipasi ikut mensukseskan jalanya pesta demokrasi tersebut.
Definisi kesuksesan dan keberhasilan demokrasi ini salah satunya adalah kebahagiaan dan keceriaan bagi seuruh rakyat indonesia, bukan individu atau golongan.Â
Kebahagian dan keceriaan ini memang kata yang mudah dan ringan diucapkan tapi kenyataannya kita sangat kesulitan untuk mengimplementasikan hal tersebut, dan tantangan kita yang terbesar pada saat ini adalah media sosial dan hoax.Â
Media sosial yang seharusnya digunakan untuk sarana dan fasilitas mensukseskan jalanya pesta demokrasi tapi kenyatannya adalah sebaliknya.
Media sosial pada akhir-akhir ini menjelang pesta demokrasi lebih banyak digunakan untuk saling cekam, saling membodohkan dan saling menjelekan, seakan-akan kandidat pasangan calon dalam pesta demokrasi tahun ini yang tidak didukungnya tidak mempunyai kebaikan sama sekali. Dan sebaliknya bagi pasangan calon yang didukunganya seakan manusia maksum yang tidak mempunyai celah dan salah.
Jika demikian halnya, maka ini suatu kebodohan dan kemunduran tidak hanya dalam bidang demokrasi dan politik, tapi ini juga merupakan kegagalan dalam bidang pendidikan, karena ini sebagai bukti bahwa pendidikan belum mampu membendung banjirnya berita bohong.Â
Walaupun demikian halnya, kita tidak boleh saling menyalahkan tapi kita saling sinergi membenahi diri ikut serta menanggulangi dan mengantisipasi semakin membuminya wabah tersebut.
Karena pada hakekatnya menyebar hoax dan ujaran kebencian tidak akan membuat mulia siapapun tapi sebaliknya akan menghinakan diri sendiri, kalaupun tampak mulia itu adalah fatamorgana. Dan itu menunjukan betapa kurangnya kita, betapa rendahnya kita.