Apa maumu, wahai perempuan,
Dalam kerumunan suara yang bergetar,
Misteri yang terbungkus senyummu,
bagaikan langit malam tanpa bintang,
kegelapan yang tak kunjung paham.
kau berlari di antara harapan dan gelisah,
seperti ombak yang tak henti mendesak pantai,
apa yang kau inginkan, terpendam dalam jiwa,
seolah sebuah teka-teki tanpa kunci,
membingungkan, seperti labirin pikiran.
Bahkan seorang tokoh Sigmund freudÂ
yang  memperdalam tentang mu selama 30 tahun,
tak juga menemukan maknamu...
Ahh, betapa kompleksnya rasa yang kau miliki,
Dalam tarian emosi yang sering berpura-pura,
Membuatku terpana dalam kebingungan.
Kau liar, kau buas, di balik lembutnya suara,
Api yang membara dalam kelembutan,
Membuatku bertanya dalam keheningan,
Apa yang kau inginkan sesungguhnya,
Dalam kehidupan yang penuh tanda tanya...
Dan kini aku terdiam, tak mampu menjawab,
Hanya bisa mengamati dari kejauhan,
Apa maumu, wahai perempuan,
Mungkin hanya kau yang tahu,
Sementara aku terjebak dalam ketidakpahaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H