Mohon tunggu...
Elina Sitompul
Elina Sitompul Mohon Tunggu... Lainnya - Menekuni bidang Pendidikan Anak Usia Dini

Materi yang dikuasai: Kurikulum PAUD, Perkembangan Sosial Emosional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kreativitas Seni Drama Anak Usia Dini

4 Juni 2022   23:25 Diperbarui: 4 Juni 2022   23:26 3257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Menurut teori pembelajaran kognitif sebagian besar ahli teori dan perkembangan anak setuju bahwa anak kecil belajar melalui permainan dan pengalaman dalam lingkungan mereka. Piaget (1963)  menjelaskan bahwa gerakan dan pantomim adalah bahasa yang bergerak. Mereka adalah bahasa sosial yang nyata bagi anak. Drama menyediakan koneksi antara bahasa dan gerakan, menjembatani kata yang diucapkan dan hal yang nyata. Drama dimulai dengan konsep komunikasi yang bermakna, memberikan banyak peluang untuk interaksi sosial dan umpan balik. Interaksi ini menawarkan dukungan Vygotsky (1978) yang dianggap perlu untuk internalisasi pengetahuan baru.

         Drama adalah hal yang alami atau naluriah bagi anak-anak. Mereka melakukanya tanpa pernah mendengar atau memahami istilah tersebut sebelumnya. Maka bermain peran dengan imajinasi yang mereka bangun sendiri, secara intuitif sebagai sebuah cara belajar yang alami. Nilai penting dalam drama bagi anak adalah untuk melatih dan merangsang anak dalam hal berpikir, berbicara, membentuk suatu hubungan sosial dengan anak yang lain. Kemudian melihat perspektif yang mungkin berbeda dari anak yang lain (Mulyani, 2017)

         Terdapat penjelasan juga, Bermain drama adalah bermain bebas dari anak-anak yang sangat muda di mana mereka mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka, meniru tindakan dan sifat orang-orang di sekitarnya. Meniru tindakan dan sifat - sifat orang di sekitar mereka. Ketika orang dewasa belajar melalui akal dan pengetahuan, anak- anak menggunakan imajinasi  untuk mengeksplorasi dan mengerti dunia mereka. (Mayesky, 2015)

          Dalam Pinciotti juga menjelaskan drama menggunakan seni teater untuk membangun dan meningkatkan partisipan kepekaan artistik dan mengembangkan imajinasi dramatis. Dengan itu memungkinkan anak untuk membayangkan dan merefleksikan pengalaman nyata, atau yang dibayangkan. Proses dramatisnya adalah praktik langsung, melibatkan emosi dan kecerdasan. Anak diminta untuk keluar dari situasi nyata dan memproyeksikan diri anak ke dalam situasi dan peran yang dibayangkan. Pengalaman drama individu dan kelompok meningkatkan kemampuan peserta untuk mengkomunikasikan gambar ide, dan perasaan melalui tindakan (Isbell, 2007).

         Kegiatan seni drama mampu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, yaitu: nilai moral dan agama, bahasa, kognitif, fisik motorik dan sosial emosional. Dramatic arts are a vital way to foster literacy development in young children as well as offering a way to integrate learning across the disciplines (Koster, 2011). Seni drama merupakan cara penting meningkatkan perkembangan literasi anak, serta mampu mengintegrasikan lintas disiplin ilmu.

         Menurut Toye & Prendiville drama adalah media pembelajaran yang kuat yang muncul dari permainan spontan anak-anak kecil. Dalam permainan sosiodramatik, tingkat tertinggi permainan simbolik, anak-anak menciptakan kejadian mereka sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Dalam permainan anak mengembangkan peran dan bahasa yang mengikuti minat anak-anak yang bekerja secara kooperatif di sekitar tema, pusat, atau acara yang dipilih. Bermain sosiodrama melibatkan anak-anak dan menyediakan jembatan menuju dramatisasi. Anak-anak memiliki minat alami dalam bermain dan menikmati “berakting” (Isbell, 2007). Hendy& Toon menyatakan perbedaan antara permainan sosiodramatik dan drama dengan tema fantasi yaitu :

Sosiodramatik melibatkan kegiatan pura-pura seperti mengatur meja, meletakkan boneka di tempat tidur atau memasak makan malam. Menurut Bruner sosiodramatik sebagai pemikiran paradigamtik terlibat dengan pengalaman, urutan, dan pemikiran analistis. Role-Playing dikenal sebagau contoh dari aktivitas sosiodrama (Isbell, 2007)

Drama dengan tema fantasi  disebut sebagai permianan fantasi-tematik, terdiri dari skenario imajinasi dan narasi fiksi. Selama drama fantasi ini, anak menciptakan dunia imajinasi berdasarkan plot cerita yang telah mereka dengar atau imajinasi mereka sendiri. Bruner drama sebagai pemikiran naratif membutuhkan konstruksi peristiwa nyata atau yang dibayangkan. Permainan fantasi ini adalah kegiatan yang lebih kompleks dan membutuhkan pembuatan cerita interaktif

          Dalam beberapa penelitian permainan drama pada anak usia dini, sebagian besar merupakan permainan khayalan anak yang berpusat pada masalah sosial orang dewasa yang dekat dengan anak tersebut. Tema umum yang dijadikan anak-anak dalam bermain dramatidak jauh-jauh dari tema tentang keluarga dan rumah, dokter dan rumah sakit, pekerjaan dan profesi, sekolah, dramatisasi pelarian dan penyelamatan dan superhero (Beaty, 2013).  Pernyataan senada juga diungkapan bahwa aktivitas seni drama pada anak usia dini sebaiknya mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Home-life materials in dramatic play give children the props they need to express how they see their own world of family, parents and siblings (Gordon, 2011. P. 471). Alat main rumah-rumahan dalam permainan drama memberi anak alat peraga untuk mengekspresikan bagaimana anak melihat dunia keluarga, orang tua dan saudara kandung sendiri.

         Selain itu McCaslin juga menjelaskan drama adalah drama improvisasi dimana tokoh karakter membuat dialog. Kata-kata tidak ditulis atau dihafal, tetapi sering menjadi lebih rinci setiap drama kali drmaa diulang oleh anak. Cerita dapat berupa klasik yang letah dibaca atau asli yang dibuat anak. Beberapa alat peraga dan kostum digunakan dalam drama kreatif. Hal itu tidak dipersiapkan untuk audensi melainkan dirancang untuk meningkatkan eksplorasi anak dan perkembangan artistik (Isbell, 2007).

          Dapat dijelaskan juga bermain peran adalah salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak mengekspresikan dirinya. Mereka bebas untuk mengekspresikan perasaa mereka, sehingga anak menjadi lebih kreatif. Sering kali, guru menemukan bagaimana anak-anak mengutarakan apa yang mereka rasakan melalui percakapan yang di dengarkan pada saat kegiatan bermain drama berlangsung. Saat berpura-pura terlibat pada pengalaman bermain peran, baik yang di rencanakan atau terjadi secara kebetulan, hal ini perlu menjadi bagian untuk dikembangkan. Dalam sentra bermain peran, anak dapat mengutarakan berbagai jenis perasaan yang seringkali tidak bisa mereka ungkapkan secara langsung. (Fox, 2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun