Mohon tunggu...
Sahdat MS
Sahdat MS Mohon Tunggu... Guru - Suka Ngopi

Hidupku adalah Kesaksianku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencintai Allah, Mencintai Dunia

14 Maret 2021   02:20 Diperbarui: 14 Maret 2021   02:23 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecenderungan manusia saat ini justru melebihi Tuhan, sesuka hati menghakimi: terjebak pada konsep salah dan benar. Yesus telah membuka wawasan pengetahuan semua orang, bagaimana sebenarnya hidup mengasihi dunia? Dia justru hidup dalam masyarakat yang sebenarnya dunia tidak menerima: Dia hidup dengan para pelacur, Dia hidup dengan pemungut cukai, Dia hidup dengan orang-orang miskin, Dia hidup dengan janda-janda, yatim piatu, orang-orang yang termarginalkan, bahkan Dia hidup dengan Yudas yang Dia tahu akan menghianatiNya. Dia menerima keadaan itu supaya sampailah Injil kepada dunia. Yesus telah menunjukkan gambaran Allah ada di dunia.

Dunia sebagi menu menghadirkan perangkat-perangkat: ada kejahatan dan ada kebaikan. Dunia yang penuh dengan kejahatan juga penuh dengan kebaikan. John Wesley pada masa Revolusi Industri pertama di Inggris,  justru hidup dalam dunia yang sangat parah. Tapi apakah John Wesley harus lari dari kenyataan dunia?. Justru dunia yang parah inilah yang memberi kesempatan bagi dirinya untuk menghadirkan dunia Allah yang sesungguhnya. "The World is My Parish" (Dunia ini adalah paroki bagiku, pelayanan bagiku) adalah merupakan ungkapan bahwa orang-orang Methodist sangat mencintai dunia ini.

Memang kita dituntut untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi bukan berarti kita tidak mencintai dunia ini. Satu contoh kecil tentang dunia misalnya; di dalam rumah tangga, kita tidak sepenuhnya memiliki keserupaan dengan isteri atau anak kita. Baik itu keserupaan sifat, selera dan lain lain, tapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi kita untuk hidup rukun bersama di dalam dunia rumah tangga. Demikian juga di dalam persekutuan gerejawi, kita bukanlah orang yang memiliki sifat yang sama dan selera yang sama. Tapi kita bisa mewujudkan hidup bersama dalam ketidakserupaan itu. Tentu dasar dari semua itu adalah kasih. Itulah perwujudan yang dikehendaki oleh Allah dalam berbagai aspek kehidupan kita.

Maka untuk menghindari kebencian/ ketidaksukaan  dalam melihat dunia, saya menawarkan tiga hal yang perlu dipahami untuk membangun brand personality agar tidak terjebak  kebencian pada dunia:

  • Hidup di dunia dituntut Berpengetahuan. Orang yang berpengetahuan akan melihat dunia ini sebagai bagian dari tempat untuk mengaktualisasikan dirinya dengan benar menurut apa yang diimaninya. Yesus dalam pandangan Yohanes adalah "logos" atau pengetahuan (Yoh. 1:1 Yun en arkhe en ho logos). Dunia yang diciptakan ini adalah buah pengetahuan Allah, maka sebagai orang percaya kita dituntut untuk memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah, supaya pengetahuan yang kita miliki saat ini juga turut menghadirkan kasih Allah bagi dunia. Pengetahuan (logos) di dalam Yesus Kristus bukan untuk menghakimi, tapi untuk berkorban bagi dunia supaya dunia diselamatkan.
  • Hidup di dunia dituntut Berpengalaman. Hidup di dunia tidak lengkap tanpa pengalaman. Ada banyak orang yang mengaku berpengalaman, namun tak berpengetahuan, demikian sebaliknya; ada yang berpengetahuan tapi tak berpengalaman. Maka pengetahuan menuntun kita pada pengalaman dengan Allah sebagai sang pencipta dunia. Bagaimana Nikodemus sebenarnya punya pengetahuan tapi tak cukup berpengalaman untuk menerjemahkan apa yang diungkapkan Yesus. Namun Yesus justru mengajarkan orang yang tak berpengalaman dengan kasih, bukan malah menjauhi apalagi menghakimi. Jadi orang yang berpengalaman dengan Tuhan akan cenderung menuntun seseorang pada pengetahuan yang benar tentang Allah.
  • Hidup di dunia dituntut Beriman. Bagi saya pribadi, iman seperti gadget. Ketika kita beriman, maka kita telah menggenggam dunia. Sebab jika kamu memiliki iman sebesar biji sesawi saja, bahkan gunungpun bisa kamu pindahkan (Mat. 17:20). Artinya dunia menjadi segenggaman saja, tidak ada kesulitan yang berarti yang kita hadapi jika hidup di dalam iman.

Ketiga hal inilah yang menjadi brand personality bagi orang percaya untuk menyaatakan cinta kepada dunia. Mencintai Allah, berarti mencintai dunia. Bukan dunia yang gelap, tetapi di dalam terang pengetahuan, terang pengalaman, dan terang iman. Supaya kita dapat membedakan mana yang baik menurut kehendak Allah dan yang berkenan di hadapanNya.   Kita tidak perlu memusuhi dunia, kalaupun kita memusuhinya Firman Tuhan menyatakan agar kita mengampuni dan mengasihi musuh. Maka Dunia yang saat ini bagi sebagian orang telah rusak, justru memerlukan kasih dan pengampunan, sebagaimana Allah sendiri mengasihi dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun