Perjalanan Hati
Arifin Majeni
Â
Juni 1998
Sebuah gubuk kecil tak terurus
di tengah belakar padang rumput nan tandus
Satu hati dari sekian banyak hati
Meratap nestapa, bukan tidak bahagia, tapi tak menemukan arah pulang
        Â
Hati manusia layaknya rahasia, terkoyak, tercabik cabik
dalam retakan kecil, terhambur tak beratur
Mengharap menyatu dalam bingkai pualam waktu
Hati manusia sebagaimana angin tak berwujud
Panas dan teduh silih berganti
Membawa pesan pesan rahasia rahasia tersirat
dari pemilik segala hati
Hati manusia seumpana rumput kering
dengan akar terkoyak,
tak berdaya
lelah
pasrah
merintih
tertatih
Hati manusia sebagaimana lilin
dihempaskan angin di setiap sudut
mengharap lindungan agar tetap menyala
meski akhirnya, akan redup oleh sang waktu
Hati manusia
Seumpama perahu tak berlayar, di tengah laut
kemana ombak menghempas, kesana ia tertuju
Hati manusia
Seperti batu, seperti air, seperti angin, seperti embun, seperti salju, seperti malam, seperti siang..
Seperti segala sesuatu yang nampak, di bumi di langit
Seperti segala sesuatu yang hakiki, di kubur, mahsyar, siraj, mijan, surga atau neraka
Hati manusia bukanlah milik manusia
Juli 2024
Aku menemukannmu dalam setiap hela napas, pada butiran-butiran debu, ranting-ranting kering yang berjatuhan
Aku menemukanmu, disetiap keindahan yang bisa dipandang oleh mata
Aku juga menemukanmu, pada segala bentuk kebaikan yang dilakukan setiap manusia
Aku menemukanmu…
But he’s not you..
Pamangkih, 15 Juli  2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H