Mohon tunggu...
SDGs Indonesia
SDGs Indonesia Mohon Tunggu... Konsultan - Komunikasi Publik Sekretariat SDGs Indonesia

Komunikasi Publik Sekretariat SDGs Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

SDGs adalah Pokok Penting Acuan Mencapai Indonesia Emas 2045

16 Juni 2023   14:32 Diperbarui: 16 Juni 2023   15:00 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat meluncurkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 di Djakarta Theate | Dok pribadi

Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan Rancangan Akhir Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan Kanal Youtube Bappenas dan secara luring di Gedung Teater Jakarta hari Kamis (15/06/2023).

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Manoarfa, dalam laporannya menyampaikan bahwa Visi Indonesia Emas 2045 adalah Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan. Untuk mencapai itu, ada 8 agenda pembangunan dan 17 arah pembangunan serta ratusan indikator di dalamnya untuk memastikan RPJPN terarah dan terukur.

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pada sambutannya, Presiden menyampaiakan bahwa ada tiga hal pokok penting yang menjadi acuan untuk menghadapi bonus demografi dan mengapai cita-cita besar Indonesia Emas 2045 untuk menjadi 5 besar ekonomi dunia.

Salah satu pokok penting yang disampaikan oleh Presiden adalah keberlanjutan dan berkesinambungan untuk mencapai cita -- cita Indonesia Emas 2045. Hal ini sangat berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs).

Pada kesempatan lain, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Indonesia, Yanuar Nugroho menyampaikan bahwa ketercapaian SDGs di Indonesia menjadi tolak ukur tercapainya arah pembangunan RPJPN 2025 -- 2045.

Ada beberapa tantangan khususnya pandemi COVID-19 yang mendisrupsi penurunan tingkat kemiskinan. Dengan proyeksi baseline (business as usual), tingkat kemiskinan masih di angka 6,61% pada tahun 2030. Sementara dengan skenario intervensi, angkanya dapat mencapai 3,83%. Trajectory ini sejalan dengan target (draf) RPJPN sebesar 0,5 -- 0,8% pada tahun 2045.

Oleh karena itu, Yanuar Nugroho menyampaikan perlunya akselerasi program lintas sektor untuk pengentasan kemiskinan mulai dari reformasi perlindungan sosial, pemenuhan kebutuhan dasar, dan peningkatan kemandirian ekonomi kelompok miskin dan rentan.

Contoh lain dapat dilihat dari potret ketimpangan melalui Rasio Gini stagnan pada periode tahun 2021-2022, yang telah mengalami perbaikan dari angka Rasio Gini pada tahun 2020 di saat pandemi COVID-19. Proyeksi baseline memperlihatkan bahwa Rasio Gini mencapai 0,372 pada 2030. Sementara proyeksi skenario intervensi memperlihatkan capaian yang lebih rendah sebesar 0,363 pada 2030. 

Untuk proyeksi jangka panjang, Rasio Gini ditargetkan turun menjadi 0,290-0,320 pada draf RPJP. Tantangan pengurangan ketimpangan memerlukan intervensi kebijakan yaitu reformasi sistem perlindungan sosial dan Pemulihan Ekonomi Nasional, penguatan kelembagaan pelatihan vokasi di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja masa depan, pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak utama ekonomi kelompok menengah, serta penguatan kebijakan fiskal untuk redistribusi yang merata..

Selain itu, akses terhadap sanitasi layak berkaitan erat dengan kesehatan dan lingkungan. Kurangnya akses terhadap sanitasi layak akan menurunkan kualitas air dan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap peningkatan prevalensi stunting pada anak-anak. 

Proyeksi Business as Usual (BAU) menunjukkan bahwa akses sanitasi layak pada tahun 2030 akan mencapai 86,56%. Sedangkan, dengan skenario intervensi pada tahun 2024 akses sanitasi layak mencapai 90% dan 100% di tahun 2030. 

Kesenjangan pembangunan sarana dan prasarana antar pulau Jawa dan luar Jawa menjadi tantangan utama yang dihadapi dalam pemenuhan akses terhadap pelayanan dasar yaitu layanan air minum, sanitasi layak, dan fasilitas penyehatan dasar, serta sarana dan prasarana dasar belum berketahanan bencana. Kepemimpinan yang lebih kuat, komitmen, implementasi regulasi dan kelembagaan yang baik, serta kapasitas teknis tingkat nasional dan regional, diperlukan untuk mempercepat penyediaan akses pelayanan dasar yang layak bagi seluruh penduduk.

Kolaborasi multipihak dan pendanaan inovatif untuk akselerasi pencapaian target SDGs Indonesia menjadi solusi agar pondasi untuk mencapai cita -- cita Indonesia Emas 2045 melalui RPJPN menjadi kuat dan Indonesia dapat menajadi negara maju seperti yang diharapkan pada tahun 2045 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun