Mohon tunggu...
Gin Vdk
Gin Vdk Mohon Tunggu... -

seorang pendosa yang hidup dalam segala bentuk konspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#Orapopo

31 Mei 2016   04:22 Diperbarui: 31 Mei 2016   04:36 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya jauh dari hal itu, sebelum penjajahan atau bahkan masa kerajaan bahwa sebenarnya Akulturasi (sebenarnya) berjalan baik dan banyak membantu proses perdagangan (Pada Zaman Pra-Penjajahan). Padahal apabila proses berjalannya Akulturasi budaya antar-suku ini berkelanjutan secara nyata, tidak menutup kemungkinan bahwa Proses Branding Produk Dalam Negeri dapat berkembang lebih pesat.

Media adalah alat bantu dalam menemukan Inovasi tersebut, perkembangan teknologi telah memaksa setiap unsur untuk mengerahkan diri kearah yang modern dan berdaya saing.

Pemerintah dalam melibatkan teknologi dan Sains, dengan para pakar disiplin ilmu dapat membuat kebijakan yang menguntungkan bagi Pembangunan tsb.

hmm, kecolongan 3-0 dari sisi sayap

4.             System Asah, Asih, dan Asuh dalam Program Pendidikan.

Mengapa? Perlu kiranya kita banyak belajar dari segala hal dan dimanapun. Pendidikan justru adalah masalah kompleks yang dikesampingkan selama beberapa decade padahal kemajuan Paradigma Pembangunan suatu Negara adalah melalui pendidikan guna mengembangkan Sumber Daya Manusia (point 2) yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Menilik sebuah sistem pendidikan mungkin tidak berarti kita cukup tertinggal, statistic hanya menjelaskan bahwa Pendidikan Indonesia hanya lemah dalam Infrastruktur1dan Pola Asuh2. Aspek yang telah disebut penting kiranya diutamakan untuk mengatasi ketidakmerataannya Pola Pendidikan yang baik di Indonesia.

 Betapa pentingnya diperhatikan segala unsur yang terlibat dalam pembangunan untuk sama-sama ikut menyelami perananan-nya dalam membudayakan pendidikan atau sebaliknya, mendidik kebudayaan. Oleh sebab itu penting kira diketahui bersama bahwa penekanan pendidikan pada taraf Nilai saja namun juga harus ada suntikan kandungan Norma-norma, seperti “didalam sebuah alunan lagu terdapat kandungan matematika” atau seperti “didalam sebuah perjalanan terdapat kandungan sosial, budaya, dan jurnalistik”.

Tidaklah adil dan etis, bila guru-guru diberikan beban berat untuk membopong sebuah tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan, adakala peran orang tua juga patut dipertanyakan terkait kemerosotan Pendidikan di Negara ini, disinilah letak kesalahan pola asuh yang mungkin saya terka bahwa 80% Orang tua telah gagal mengasuh anak-anaknya.

Selanjutnya adalah peran lingkungan, dari beberapa artikel yang say abaca banyak yang mengatakan “Percuma pengadaan Infrastruktut apabila cara pandang masyarakat yang negative justru yang menyeret keterpurukan bangsa kita selama ini”. Saya sempat mendiskusikan dengan diri sendiri hingga sebuah opini terseret keluar dari dalam diri saya:

“Pola Lingkungan Hidup adalah bagian dari stagiaire (magang) seorang mahluk/individu/kelompok, sehingga setiap diantaranya haruslah mampu menyerap Ilmu atau Pengetahuan dari dimana ia ditempatkan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun