Saya sering membaca artikel warga kompasoaner yang berbau opini dan berintelek untuk menyerang. Terutama pada awal masa kampanye pilpres, yang dimana simpatisan jokowi menyerang dan menjatuhkan prabowo dihadapan google (publik, karena setiap kali mencari berita melalui mesin pencarian google, maka yang keluar kebanyakan dari kompasiana) dengan tujuan menarik simpatisan yang lain. Begitu juga simpatisan prabowo yang berkata terlalu jujur untuk menjatuhkan jokowi dan menarik warga untuk memilih pilihan yang benar.
Begitu juga dengan media-media berita. Seperti komp*s yang awalnya (sebelum pilpres) memuat berita yang bermutu dan digemari pembacanya, tetapi sejak pilpres komp*s ini seperti koran murahan, mengotori muka umum dengan beritanya yang penuh hasud dan hasad kepada salah satu calon, sama seperti detik.com, merdek.com, tribun dan yang lainnya.
Disini kita mencoba seperti kaskus, yang bersikap masa bodoh dengan mereka.
Yaa! Kaskus ini situs sosial yang memuat berita-berita berdasarkan pakta dan pengalaman sipembuatnya dengan gaya bahasa yang asik, mudah dimengerti dengan emotion-emotion yang lucu dan menghibur. Disana tidak ada mulut busuk.
Tidak jauh berbeda dengan Metrotv. Metro ini mengotori telinga-telinga masyarakat dengan berita-berita yang menghujat dan menjelek-jelekan. Bahkan saya pernah melihat acara metrotv ini yang menampilkan politisi, kemudian menjelek-jelekan prabowo dengan mengatakan prabowo berkepribadian ganda. Jelas ini sesuatu yang menurut kami (masyarakat) adaah tindakan menggunjing yang tentu kebenarannya dipertanyakan. Saya tidak habis pikir denan stasiun tv ini. Dan saya rasa orang yang suka menonton acara mereka (metro) adalah korban dari pembodohan berita-berita dusta.
Sama seperti tvOne.
tvOne ini tidak heran, dari awal (sebelum pilpres) stasiun tv ini selalu menayangkan berita-berita yang sedang hangat.
Seperti dulu ketika penyergapan teloris disebuah kosan yang menyita waktu beberapa hari, stasiun tv ini meberitakan sejak awal penergapan sampai densus 88 berhasil menembak mati siteloris tersebut.
Ketika bencana gunung meletus, merapi jogja karta. Reporternya hinga terkena abu pulkanik.
Dan sekarang pokus dengan konplik yang sedang berlangsung dii jalur Gaza palestina sanah, stasiun tv ini hingga mengirimkan beberpa reporter untuk meliputnya langsug dijalur konplik. Dan mewawancarai penduduk palestina di jalur gaza untuk memberikan informasi kepada sodara-odaranya yang ada diIndonesia. Itu bukan tanpa resiko.
Setelah kampanye pilpres ini, tvOne memberikan sajian berita-berita yang kurang sedap dimata kami para pencari berita pakta.
Pernah satu ketika, tv ini meliput jokowi yang sedang diwawancarai dan kemudian Wudhu untuk melaksanakan Shalat, ketika itu jokowi wudhu membasuh muka kemudian kaki, yang dimana dalam Islam Widhu seperti itu tidak benar dan tidak sah. Santer seketika itu juga bertebaran cemo'oh terhadap joowi.
Didinih kita coba bersikap seperti TVRI.
TVRI ini stasiun pertama di indonesia, tv ini menyiarkan tentang edukasi dan politik yang berimbang diulas dengan jujur dan lugas.
Dulu ketika dikampung, tv ini bisa terlihat dan bida menonton acaranya tanpa buster (alat sambunan antena ke-tv). Stasiun tv ini selalu terdepan dalam masalah politik.
Saya pernah berbincang santai di warung kopi dengan politisi yang sering muncul diTVRI ini, Coki namanya. Coki ini orang yang berintelektual yang tinggi, beliau adalah seorang guru disebuah sekolah dijakarta.
Kata dia, semua berita sebelum masuk ke-tv suasta dan diberitakannya, berita itu masuk terlebih dahulu kemeja redaksi TVRI ini, kemudian di filter berita-berita yang bagus tanpa unsur sara. Dan dia menyebutkan, berita yang tayang ditvOne tentang jokowi yang terbalik memakai kain Ikhram, itu sebelumnya masuk meja redaksi kami (tvri).
Inilah yang kita cari, media umum yang bersikap netral tanpa mengedepankan satu diantara yang lainnya.
Semoga kita menjadi masyarakat yang pintar menyerap berita-berita, karena kita tidak tau tentang kebenaran berita tersebut.
Jangan bau dibodohi, dibulak-balik opini dan di buat labil pemahaman anda tentang suatu berita yang kabarnya hanya simpang siur seperti angin lewat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H