Mohon tunggu...
Syarif Burhan
Syarif Burhan Mohon Tunggu... wiraswasta -

freelance di kontraktor bangunan, menulis di jejaring sosial dan blog

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dera dalam Kesetiaan

29 Februari 2012   11:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:44 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

begitu komitment dariku berulang- ulang. Seolah tak cukup, aku menempelkan berlembar notes kecil di tiap sudut rumah, di lemari es, di bathub, di Almari, ah, bahkan di seluruh hatiku. Hingga suatu saat dalam roman pasi, Shinta menyuruhku memilih perempuan lain, sesuatu hal yang sama sekali tak pernah tercetus di benakku. tidak hari ini atau nanti, bagiku lebih mudah memindah gunung dari pada memindah hati. yang telah lekat bukan karena pura-pura.

pagi yang senyap, setiap dentingnya bukan dusta, aku adalah sebutir embun yang lekat di musim kerontangmu

Hingga kini Bagus selalu menolak ide yang menurutnya gila itu, meski sadar itu adalah legal dan halal. Tapi syarat ikhlas dan adil adalah lain hal, tak ada satupun manusia di muka bumi ini yang mau di madu, di duakan. hingga suatu sore ibuku memperkenalkan Ani, wanita lajang yang kelak merampas kebahagiaan hakiki kami berdua. Hampir satu tahun aku berjuang dalam pertempuran dilematis, kesetiaan dan cinta atau tangis tawa buah hatiku. Ani menjawabnya dengan keriuhan asmara, Ia datang dari keluarga sederhana, seiring waktu yang tak tahu malu, Ia berubah menjadi monster bernama kerakusan, pelan dan meninabobokan, seperti arsenik. masuk ke tubuh dengan dosis kecil tapi mematikan. Aku menghianati Shinta !!!, perbuatan bodoh yang kusesali seumur hidupku. meski Aku tak menceraikan, Shinta memilih mengalah, Ia pergi entah kemana, '' Mas, Aku berubah jadi udara, yang selalu ada di manapun kau ada, Aku ada di paru-paru dan aliran darahmu, Aku pergi bukan karena kalah, justru Aku memenangkan keteguhan perjuangan janji yang pernah kita lakoni'', hanya itu sepenggal surat yang kau tinggalkan selain bekal cinta yang Kau yakini di dadamu.

padamu kasih

jiwaku menambat, di dermaga sepi yang kita cipta

jika ada gelombang menerjang

aku menjelma karang

meski kau terbang

# Pro kontra Poligami selalu menjadi ujian kesetiaan, saya yakin tak ada wanita di dunia ini yang mau di madu. Pun, kalimat'' lebih baik berpoligami dari pada melacur, seolah legitimasi banyak pria untuk beristri lebih dari satu. banyak lelaki berpedoman pada Perbuatan Rasullullah, padahal memiliki alasan dan sudut pandang yang jauh bertolak belakang. banyak ulama yang mengadopsi mentah-mentah perilaku ini. ada anekdot yang mengatasnamakan 'keadilan sensus'', maksudnya sensus penduduk menempatkan wanita produktif rata-rata 1 :3 di banding pria, maka bagaimana nasib 2 yang lain jika Poligami di pidanakan?, pada prinsipnya, pria dan wanita memiliki hak yang sama, maka seharusnya Poliandri bukan hal haram bukan?. Saya tidak anti poligami, pun tidak munafik bahwa poligami itu sebuah ''keambisian nafsu''. ada hal lain selain ide feminimisme. kedudukan perempuan sekarang jauh lebih maju dari era pra R.A Kartini, emansipasi merambah segala bidang, meski pada kodratnya kewajiban vital perempuan adalah menjaga martabat pria, dan mengasuh anak-anaknya bila sudah berkeluarga. Dalam hal ini mengindari KDRT, meski dengan alasan ketidakberdayaan..wallahu a'alam bissawab..

pinggir jakarta januari 12

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun