Mohon tunggu...
Syarif Burhan
Syarif Burhan Mohon Tunggu... wiraswasta -

freelance di kontraktor bangunan, menulis di jejaring sosial dan blog

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elegi Bukit Pinus

1 Februari 2012   02:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

dalam pengembaraan riuh waktu

aku membilang dalam penantian panjang

meski aku berdebu

aku telah kembali

penujumu

Tanpa peringatan lagi, kami tiba di bawah pohon kamboja yang hampir mati meranggas, di situ ada dua pasang nisan dari kayu jati. Tak ada nama disana, tanah di sekelilingnya tak ada yang aneh, meski Aku sadar itu sebuah makam.

''mbak, di sini, di makam ini mas Dewa beristirahat untuk selamanya''. Setelah menikah dengan mbak Meta, Ia meninggal, menyusul mbak Meta yang bunuh diri karena malu, mas Dewa di persalahkan keluargaku, meski Aku sebagai adiknya tak setuju dan mencegah. Kakak ku tak mau mengerti, mas Dewa di bunuhnya..

Serasa bumi berputar, langit runtuh..

kekasih,

kau telah menjelma kuda putih

biarkan aku  menjadi belantara untuk kembaramu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun