Mohon tunggu...
Samsul Bahri Sembiring
Samsul Bahri Sembiring Mohon Tunggu... Buruh - apa adanya

Dari Perbulan-Karo, besar di Medan, tinggal di Pekanbaru. Ayah dua putri| IPB | twitter @SBSembiring | WA 081361585019 | sbkembaren@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaulah yang Menciptakan Hantumu Sendiri

30 Agustus 2019   07:00 Diperbarui: 30 Agustus 2019   07:08 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka meyakini bahwa kekuatan gaib tersebut tidak selalu akan melindunginya tetapi ada kalanya murka dan jahat. Oleh sebab itu, mereka harus menghormati, bila perlu menyembah kekuasaan gaib tersebut agar melindungi kehidupannya. Keyakinan inilah yang mendasari adanya kepercayaaan kepada hantu dan segala turunannya.  

Aliran filsafat idealis berpendapat bahwa, apa yang ada dalam ide pikiran, itulah yang ada.  Sesuatu yang tidak dapat dimaknai dalam ide kesadaran pikiran, maka esensinya tidak ada. Filsuf idealis rasionalis Descartes mengatakan; aku berpikir maka aku ada. 

Karena hantu ada dalam ide subjektifitas kesadaran berpikir manusia, maka hantu menjadi ada. Filsuf-filsuf kuno dan abad pertengahan umumnya menganut paham filsafat idealis.  

Sebaliknya dalam filsafat positipisme, sebagaimana empirisme saintifik, segala hal yang tidak dapat dibuktikan eksis secara objektif maka pada hakekatnya tidak ada. 

Hantu tidak dapat dibuktikan eksisitensinya secara objektif, maka hantu tidak ada. Karena esensi hantu hanya ada dalam ide kesadaran pikiran subjektif, bukan penomena eksis. 

Adapun kepercayaaan hantu dalam realita, hanya subjektifitas manusia dalam ide pikiran semata, sehingga dimaknai nyata adanya, padahal secara objektif hakekatnya tidak ada. Dengan kata lain, manusialah yang menciptakan hantu dalam pikirannya.  

Dalam proses pembentukan karakter manusia mengenal realita dunia, anak-anak merefleksikan dirinya sesuai realita disekitarnya. Dalam kesadaran berpikir sebagian besar orang Indonesia, masih percaya pada hantu dan makhluk gaib lainnya, maka  kepercayaan dan rasa takut itu diajarkan kepada anak-anak serta diwariskan turun temurun. 

Sayangnya ilmu filsafat tidak diajarkan di sekolah, sehingga meskipun sudah dewasa dan berpendidikan tinggi, tetap saja percaya dan takut pada hantu.   

Secara filosofis, perlunya pegangan keyakinan akan adanya kekuatan gaib tercipta dalam kesadaran berpikir karena manusia membutuhkanya. Karena menjadi kebutuhan, maka setiap orang, suku, atau daerah menciptakan hantu-hantu sesuai keinginan dan kebutuhannya masing-masing. 

Bahkan setiap orang dapat menciptakan sosok hantu yang dibutuhkan dan dinginkannya, baik dari sisi karakter dan rupanya. Sutradara dan artistik film-film horor, mengetahui betul sosok hantu yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun