Mohon tunggu...
Samsul Bahri Sembiring
Samsul Bahri Sembiring Mohon Tunggu... Buruh - apa adanya

Dari Perbulan-Karo, besar di Medan, tinggal di Pekanbaru. Ayah dua putri| IPB | twitter @SBSembiring | WA 081361585019 | sbkembaren@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akal Sehat Melawan Kedunguan Hoaks Kesehatan

23 Juli 2019   11:30 Diperbarui: 23 Juli 2019   11:44 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id

Kesadaran berpikir primitif pada sebagian besar masyarakat Indonesia menyuburkan hoaks kesehatan

Lautan sampah informasi palsu media digital, disebut hoaks, dalam gengaman sehari-hari masyarakat Indonesia menjadi persoalan bukan hanya bagi orang-perorang tapi juga menjadi persoalan bernegara. 

Sampah informasi hoaks kesehatan tidak dapat dihindari karena konskwensi dari perkembangan teknologi media digital dalam budaya global tanpa batas. 

Hanya akal sehat dan kesadaran berpikir ilmiah yang dapat memilah-milah informasi bermanfaat dari lautan sampah informasi palsu khususnya bidang kesehatan dan gaya hidup sehat. 

Persoalannya adalah, kesadaran berpikir masyarakat Indonesia sebagian besar masih primitif, untuk tidak mengatakan masih seperti zaman batu.  

Kalau hoaks politik, yang juga sangat berkembang di Indonesia, resikonya menghasilkan pemimpin yang sama dungunya dengan pemilihnya, tapi akibatnya ditanggung bersama. Hoak  kesehatan mengakibatkan kerusakan tubuh, jiwa, dan  keuangan; resikonya ditanggung sendiri-sendiri.

Pencipta hoaks kesehatan bukan hanya oleh orang-orang iseng kurang kerjaan, tetapi banyak dilakukan oleh korporasi secara terstruktur, sistematis dan masiv. 

Perusahaan obat-obatan, makanan dan minuman, kecantikan, menciptakan hoaks kesehatan dengan berbagai tipuan kedok-kedok ilmiah, bagi masyarakat yang tidak memiliki kesadaran filsafat sceintifik akan mudah terperdaya. 

Korporasi dari luar negeri, umumnya dari Tiongkok, dan dalam negeri memproduksi promosi-promosi hoaks bersama membanjirnya produk kesehatan, makanan, minuman, kecantikan, dan gaya hidup.  

Menariknya lagi,  aliran ajaran tokoh Islam tertentu di gunakan dasar legitimasi keampuhan obat, makanan minuman, pengobatan alternatif, atau gaya hidup sehat yang dipromosikannya. 

Pengintegrasian antara tokoh agama dengan komersialisasi produk kesehatannya sangat diminati dan berkembang di Indonesia.  Penomena ini adalah jalan lain dari penyaluran kesadaran perdukunan warisan zaman batu yang masih melekat di sebagian besar masyarakat Indonesia.

Banyak tulisan-tulisan di media arus utama, media sosial, bahkan di media Kompasiana, tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak dapat dipertanggung jawapkan objektivitas ilmiahnya. 

Ciri-cirinya antara lain; pertama, penulis atau nara sumber bukan ahli atau orang berkompeten. Apapun yang disampaikan tentang kesehatan tubuh kalau bukan oleh dokter seharusnya tidak perlu diperhatikan. Tentang kesehatn jiwa haruslah disampaikan oleh psikiolog, tentang makanan dan minuman haruslah oleh ahli gizi. 

Di Indonesia profesi tersebut jarang menulis populer, mereka umumnya menulis di media seperti buku, majalah, dan journal. Masalahnya adalah, narasi-narasi mereka tidak mudah dipahami oleh orang awam Indonesia yang tidak terbiasa dengan memaknai dengan metode ilmiah.

Kedua, penulis-penulis populer terkait dengan kesehatan dan gaya hidup sehat, yang tidak mencantumkan sumber rujukan yang terpercaya berpotensi hoaks, seharusnya tidak perlu dibaca. 

Umumnya sumber rujukan yang terpercaya adalah buku atau journal yang diterbitkan penerbit yang sudah terkenal, perguruan tinggi, lembaga riset, atau asosiasi profesi kesehatan. 

Hoaks kesehatan juga selalu mengelabui dengan memalsukan mengutip atau merujuk lembaga-lembaga yang berkompeten. Pada taraf ini, hanya kesadaran berpikir ilmiah yang dapat medeteksi gejala topeng pemalsuannya.

Seseorang tidak mesti menjadi dokter, psikiolog, atau ahli gizi  untuk menilai apakah satu informasi berupa hoaks kesehatan atau bukan. 

Dengan kesadaran berpikir ilmiah akan mudah mendetektsi gejala hoaks kesehatan, atau setidak-tidaknya informasi hoaks tersebut belum dapat diterima kebenarannya hingga pada saatnya terverifikasi melalui penelusuran lanjutan.

Ketiga, meskipun media sosial sudah sangat berkembang, orang-orang yang berkompeten menyampaikan pendapat tentang kesehatan dan gaya hidup sehat seperti dokter, psikiater, ahli gizi, atau peneliti, umumnya masih menggunkan media cetak seperti  journal, buku dan majalah sebagai media primer penyampaian pendapatnya. 

Media digital hanya sebagi media sekunder untuk duplikasi dan penyebar luasan, itupun melalui media web site yang terpercaya dan umumnya berbahasa asing. Kebutuhan jalan pintas dan cara cepat  menjerumuskan pencari informasi ke lautan hoaks.

Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi kesehatan dan gaya hidup sehat yang populer dan mudah dipahami sangat tinggi. Profesi kedokteran, psikolog dan ahli gizi diharapkan meningkatkan budaya menulis populer untuk mengisi kekosongan informasi kesehatan dan gaya hidup sehat yang sangat dibutuhkan masyarakat. 

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Lembaga penelitian perguruan tinggi diharapkan meningkatkan produksi narasi-narasi populer tentang kesehatan dan gaya hidup sehat di media digital populer termasuk media sosial.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun