Sekilas tentang kekhalifahan Abasyiah. Kekhalifahan Abasyiah tersebut berdiri tahun 750 M setelah mengalahkan kekhalifahan Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum diserang pasukan Mongol sebenarnya kekhalifahan Abasyiah sudah rapuh. Di abad ke-10 hingga ke-14, orang-orang Turki dan Mamluk Mesir mulai memisahkan diri dari kekhalifahan. Begitu pula tahun 909 muncul kekhalifahan Fatimiyah dari golongan Syiah yang dimulai dari Khalifah Said Bin Husain yang merupakan keturunan Fatimah Binti Rasulullah Muhammad SAW, yang wilayahnya di Afrika Utara (Maroko, Libya, Mesir, Tunisia dan Aljazair) hingga Palestina, meski akhirnya kekhalifahan Fatimiyah tumbang di tahun 1171.
Masa kekhalifahan Abasyiah yang kekuasaannya sampai ke Spanyol merupakan masa keemasan perkembangan ilmu pengetahuan yang menerangi Eropa yang masih berada dalam kegelapan ilmu.
Dalam bidang militer, kekhalifahan Abasyiah di jaman Khalifah Al Ma’mum melakukan improvisasi dengan membentuk pasukan militer professional yang direkrut dari budak-budak berasal dari Turki, Afrika Utara dan Eropa Timur. Para tentara ini dilatih secara khusus. Setelah menjadi tentara maka status mereka bukanlah budak melainkan para ksatria yang mempunyai hak istimewa sebagai para anggota militer. Para budak yang diangkat menjadi prajurit itulah yang disebut sebagai Mamluk atau Mamalik, yang kemudian diantara mereka muncul gerakan anti Arab yang melawan kekhalifahan. Kaum Mamluk itu mempunyai status sosial yang bahkan bisa lebih tinggi dari orang merdeka umumnya, sebab mereka bisa menjadi majikan.
Di Mesir, gerakan para prajurit Mamluk atau Mamalik mengambil-alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah tahun 1250. Dinasti Ayyubiyah ini kepanjangan tangan kekuasaan Kekhalifahan Abasyiah yang berpusat di Baghdad. Pimpinan tentara Mamluk yang bernama Aybak dan Baybars membunuh Sultan Turansyah yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan para tentara asal Kurdi. Pada mulanya orang yang diangkat menggantikan Turansyah adalah Syajarah al-Dur yang merupakan janda mendiang Sultan Malik Al-Salih. Syajarah merupakan orang dari golongan Mamluk. Selanjutnya Syajarah dinikahi Aybak, namun kemudian ia dibunuh oleh Aybak. Lalu Aybak mengangkat Musa dari keturunan Ayyubiyah untuk menjadi sultan, tetapi Musa juga dibunuhnya sehingga akhirnya Aybak yang mengangkat dirinya menjadi Sultan Mamluk di Mesir. Baybars yang tidak menyetujui kekejaman Aybak pergi mengasingkan diri ke Syiria. Tapi tahun 1260 Baybars segera kembali ke Mesir setelah Qutuz menggantikan Ali (anak Aybak) menjadi Sultan Mamluk.
Pada tahun 1259, setelah pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan berhasil menaklukkan kekhalifahan Abasyiah di Baghdad, Hulagu Khan juga berhasil menaklukkan kekuasaan Ayyubiyah di Suriah (Syiria). Tetapi karena ada kabar bahwa Kaisar Mongke Khan meninggal dunia maka Hulagu Khan kembali ke Mongol, dan pimpinan pasukan Mongol dalam rangka penaklukan Mesir dipimpin oleh Kitbuqa.
Pada tahun 1260, pasukan Mamluk yang dipimpin oleh Baybars, Sultan Qutuz dan Ibnu Taimiyah berhasil mengalahkan serangan pasukan Mongol dalam peperangan di Ayn Jalut. penglima tentara Mongol, Kitbuqa berhasil dirangkap dan dieksekusi mati. Selanjutnya pasukan Mongol yang ada di Syiria juga diserang dan dihancurkan.
Hulagu Khan mengetahui kekalahan pasukannya tersebut ingin membalas dendam dengan mengirimkan pasukan ke Mesir. Namun pasukan Hulagu Khan dihadang oleh pasukan Berke Khan yang menguasai Rusia dan Kaukasus. Berke Khan adalah orang Mongol yang tidak setuju dengan cara-cara kejam Hulagu Khan. Berke Khan itu telah memeluk Islam dan bekerjasama dengan para penguasa muslim dalam menghadapi ekspansi Kekaisaran Mongol. Artinya, Berke Khan mulai membentuk kekuasaan sendiri dan beraliansi dengan Dinasti Mamluk Mesir.
Selanjutnya Dinasti Mamluk dikalahkan oleh Daulah Utsmaniah dari Turki alias Kesultanan Ottoman, dalam pertempuran di Kairo tahun 1517. Kekaisaran Mongolia sendiri berakhir jauh sebelum berakhirnya Kesultanan Mamluk, yakni tahun 1370. Pada tahun 1370 tersebut Kekaisaran Mongolia semakin mengalami kemunduran. Kekuasaan Mongol di China disingkirkan oleh Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming.
Nah, dengan modal sejarah demikian, sebenarnya harapannya arek-arek sekarang bisa mengusir Imperium Neolib dari Indonesia seperti pasukan Movimiento Al Socialismo Bolivia yang mampu mengusir Imperium Neolib dari Bolivia. Meskipun ini romantisme masa lalu, tapi apa salahnya menjadi ahli waris kekuatan Pasukan Arek yang mampu mengusir Imperium Mongolia yang berkuasa di dunia saat itu.
Demikian…..kalau ada yang keliru mohon dikoreksi…!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H